PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN STRES TERHADAP PENURUNAN
PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT SATU DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Dosen
Pengampu:
Bambang Edi Warsito, S.Kp., M.Kes
Oleh:
Ismaya Dwi
Safitri 22020115120005
A.15.2
DEPARTEMAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres merupakan suatu hal yang wajar bagi kehidupan manusia kehidupan manusia.
Kita memerlukan stres untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stres
yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal
ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang. Stres
dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa
sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Salah satu fenomena stres yaitu pada
mahasiswa tingkat satu atau yang biasa kita sebut mahasiswa baru.1
Fenomena stress sangat sering terjadi pada mahasiswa
baru. Mereka akan merasakan suasana baru yang harus segera mereka sesuaikan.
Lingkungan yang baru ini bukan hanya teman-teman mereka yang baru akan tetapi
juga mata kuliah yang baru, cara belajar yang baru. Kita tahu bahwa di
lingkungan kampus sangat berbeda dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas dimana
terdapat setumpuk tugas yang menanti berbeda dengan masa Sekolah Menngah Atas
yang sebelumnya masih bergantung pada guru, sedangkan jika masa kuliah
mahasiswa dituntut untuk mandiri.
Penelitian Abdulghani (2008) menunjukkan dampak
stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga. Stres
pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik,
penurunan konsentrasi belajar dan penurunan daya ingat. Stresor yang mempunyai
peran besar terhadap stres pada mahasiswa kedokteran adalah stresor akademik.
Stresor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari berbagai macam hal, yaitu
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu perubahan
kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan makan, tanggung jawab baru dan perubahan
kebiasaan belajar. Faktor eksternal, yaitu bertambahnya beban kuliah dan
mendapatkan nilai lebih 4 kecil dari yang diharapkan.2
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana
tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas
Diponegoro.
2. Bagaimana
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi pada mahasiswa baru
Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
C. Batasan
Masalah
Penulis
menetapkan batasan-batasan masalah agar skripsi ini tidak menyimpang dan dapat
mengembangkan tujuan dari yang direncanakan sebagai berikut :
1. Responden
yang digunakan dalam skripsi ini adalah mahasiswa tingkat satu Departemen
Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2. Hal
yang diteliti sebatas tingkat stress dari respondden yang telah disampaikan
diatas yang berhubungan dengan penurunan prestasi mahasiswa.
D. Tujuan
1. Mengeahui tingkat stress pada
mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2. Mengetahui
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasiA pada mahasiswa baru
Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
E. Manfaat
1. Mahasiswa
baru
Mahasiswa mengetahui
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi.
2.
Perawat
Perawat
mengetahui berbagai tingkat stress mahasiswa dan bagaimana cara mengintervensi
agar mahasiswa dapat mempertahankan prestasinya.
3.
Orang Tua
Orang tua dapat memanntau anaknya agar
prestasinya tidak menurun akibat stres.
4.
Rumah sakit
Rumah sakit dapat
mempersiapkan tenaga ahli untuk mengentaskan masalah ini.
F. Sistematika
Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Metodologi Penelitian
BAB 4 Hasil dan
Pembahasan
BAB 5 Penutup
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. STRES
1. Definisi
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai
potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya.
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stres atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu
respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung
berdebar, gemetar, pusing, Universitas Sumatera Utara serta respon psikologis
seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai
suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres
melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Stres dadalah perasaan
tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai
stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian jadi
stress ini merupakan hal yang wajar apabila tidak berlebihan namun apabila
berlebihan maka akan berdampak buruk. Stres merupakan suatu keadaan yang
menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan
respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada
individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.1
2. Faktor
Penyebab
Stressor adalah
faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon
stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam
kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor Universitas
Sumatera Utara diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002).
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk
fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial
(seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap
sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi
stressor.1
3. Klasifikasi
Stres
Menurut Selye dalam
menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu
terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu3 :
a. Distress ( stres negatif) Merupakan stres
yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu
keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.
Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan
timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase
joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul
dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan,
kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi
individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.3
4. Respon
Fisiologis Stres
Keadaan stres
menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi
stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang
mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan
darurat. Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi
simpatetik terhadap ANS (autonomic nervus system) dari sistem medula adrenal,
mengaktifkan medula adrenal untuk menyekresi epinefrin dan norepinefrin yang
mempengaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu
hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini.
Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang
cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing
hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan
adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini merangsang korteks adrenal untuk
menyekresi glukokortikoid, termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber
energi tubuh, meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel.
Kortisol juga sebagai antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama
respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).1
5. Fight
or Flight Response pada Stres
Walter Canon (1929)
memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi
psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya. Hans Selye
(1956-1974) menjelaskan general adaptation syndrome (GAS) yang terdiri dari
tiga tingkatan, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage (
Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinel, 2009). Alarm reaction, selama
alarm, perlawanan tubuh melawan stressor yang diarahkan melalui aktivasi sistem
saraf simpatetik. Aktivasi sistem-sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan
mempersiapkan mereka untuk respon fight or flight. Adrenalin (epinefrin)
dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas menjadi lebih
cepat, darah diarahkan dari organ dalam berpindah ke otot skelet, kelenjar
keringat diaktifkan, dan aktivitas gastrointestinal menurun. Sebagai respon
jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini dapat
disesuaikan. Resistance stage, pada tahap ini, organisme beradaptasi terhadap
stressor. Seberapa lama tahap ini tergantung keparahan stressor dan kapasitas
organisme. Jika organisme mampu beradapatasi maka kekuatan melawan pada tahap
ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini,
seseorang memberikan gambaran keadaan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa,
fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan
perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan
dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga
rentan terhadap infeksi. Exhaustion stage, tahap akhir, kemampuan organisme
untuk bertahan habis, dan menghasilkan suatu kerusakan. Karakteristik tahap ini
adalah aktivasi parasimpatik dari sistem saraf otonom. Fungsi parasimpatik abnormal
,menyebabkan seseorang menjadi kelelahan, tahap ini sering menghasilkan depresi
dan kadang-kadang kematian.1
6. Coping
Stres
Coping
yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang
umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung
pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarous dan koleganya
mengidentifikasi dua dimensi coping (Lazarous dan Folkman, 1984).
•
Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) Yaitu mencakup
bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang
relevan dengan solusi.
• Coping yang berfokus
pada emosi ( emotion focused coping) Merujuk pada berbagai upaya untuk
mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan
mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa
nyaman dari orang lain. Strategi menghadapi stres antara lain dengan
mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri
secara psikis atau mental, fisik dan sosial.
Perbaikan diri secara
psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan
hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik
dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,
olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan
melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial.
Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif
stresor (Sunaryo,2004). Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa
pendekatan antara lain (Yulianti;2004, Chomaria;2009)3:
a.
Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik).
Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian otak yang berfungsi
mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
b.
Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau
adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan
nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir
individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan
pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan,
serta hipnoterapi.
d.
Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi yaitu
relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi
maupun transendensi/keagamaan.
6.
Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres
Stres
dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu 1
a. Stres ringan Stres ringan adalah stres yang
tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan
dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika
dihadapi terus menerus.
b.
Stres sedang Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa
jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang
belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru,
permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan seseorang.
c.
Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan
suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang
lama (Rasmund, 2004). Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem
scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.
kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui
tingkat stres pada mahasiswa antara lain1 :
Kessler Psychological
Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan
yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden
tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami
stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk
jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana
responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 :
tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres
ringan
c. Skor 25-29 : stres
sedang
d. Skor 30 dan di atas
30 : stres berat (Carolin, 2010).
B. Mahasiswa
Tingkat Satu
Mahasiswa tingkat satu
adalah mahasiswa baru yang telah lulus dari SMA kemudian terdaftar sebagai mahasiswa setelah melalui berbagai proses
yang ditentukan Perguruan Tinggi.
C. Prestasi
Belajar
1. Definisi
Pengertian Prestasi belajar
adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah
usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.
Adapun pengertian prestasi
belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar
(2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah dibukukan
dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata
pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor.
Sedangkan menurut Tohirin
(2006), prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar. Gambaran prestasi belajar umumnya tertuang dalam
buku raport siswa. Dimana “buku raport merupakan perumusan terakhir yang
diberikan oleh guru mengenai kamajuan atau hasil belajar murit-muritnya selama
masa tertentu itu (4 atau 6 bulan),” Sumadi Suryabrata (2006). Jadi semakin
tinggi nilai raport maka prestasi belajarnyapun akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dipahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa
selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya
prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru
kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran
yang disampaikannya.
D. Hubungan Stres dengan Penurunan
Prestasi
Dampak
dari stress akan nampak dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala fisik dan
gejala perilaku atau semuanya sehingga secara langsung stress berpengaruh
terhadap seluruh individu. Secara individu, reaksi mahasiswa terhadap stress
selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni
membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja ynag bersifat negatif. Hal
ini terjadi tergantung tingkat stress dan ketahanan individu terhadap stress. Secra
umum, bagi mahasiswa yang sulit melakukan penyesuaian diri terhadap stress akan
menggangu keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan
berdampak pada penurunan prestasi belajar mahasiswa dan jika sudah demikian
stress yang dialami karyawan tergolong tinggi, sedangkan bagi mahasiswa lain
justru menjadi daya dorong prestasi kerjanya. 4
Secara
nyata stres fisiologis seorang Mahasiaswa dengan seringnya karyawan merasakan
sakit kepala, mengkatnya detak jantung dan pernapasan serta perubahan dalam
sistem metabolisme. Mengenai stres psikologis Mahasiswa sering merasakan
kebosanan dalam belajar, mudah marah, tersinggung, mengalami kecemasan, dan
lain-lain. Sedangkan stres perilaku dapat diketahui dari adanya perubahan
produktivitas, mengkatnya absensi kuliah, adanya perubahan dalam kebiasaan
makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diindikasikan bahwa
Mahasiswa mengalami tingkat stre yang tinggi sehingga mempengaruhi prestasi
kerja yang dihasilkan seorang Mahasiswa.
Stres
yang terlalu besar bisa mengancam kemampuan seseorang untuk menghadap
lingkungan. Stres sering muncul dan terjadi pada Perguruan Tinggi khusunya pada
Mahasiswa. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu penyebab, namun
biasanya Mahasiswa mengalami stres karena kombinasi dari penyebab stres
tersebut. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job.
Penyebab stres on the job merupakan penyebab stres yang terjadi dari dalam
Kampus , sedangkan penyebab stres off the job adalah penyebab stres yang
terjadi dari luar Kampus.
Masalah-masalah
yang terjadi di kampus yang berkaitan dengan tugas secara otomatis akan
menyebabkan Mahasiswa mengalami stres dalam belajar dan secara otomatis akan
berpengaruh atas prestasi belajarnya. Kondisi seseorang yang dihadapkan pada
tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu akan memacu individu
tersebut mengalami stres. Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu tinggi
berakibat negatif bagi Perguruan Tinggi dan juga prestasi belajar individu.
Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka Perguruan Tinggi dituntut untuk
menjaga agar Mahasiswa tidak sampai mengalami stres yang terlalu berlebihan
sehingga Mahasiswa akan dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
prestasi belajar dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
lancar sesuai tujuan yang diharapkan.4
E. KERANGKA
TEORI
Kerangka Teori dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.4
F. Kerangka
Konsep
G. Variabel
Penelitian
Variabel Penelitian ini
:
Variabel Independent :
Tingkat Stres
Variabel Dependent :
Prestasi Belajar
H. Hipotesis
Hipotesis dari
penelitian ini adalah
Ha : Ada hubungan
antara tingkat stress mahasiswa tingkat satu dengan penurunan prestasi belajar.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross secsional. Mengapa penulis memilih
desain penelitian cross secsional karena
penulis hanya ingin melakukan penngukuran variabel hanya saat tertentu saja.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress
mahasiswa baru dengan penurunan prestasi belajar.
B. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Menurut, Ismiyanto – populasi adalah
keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda,
/ suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan
informasi (data) penelitian.5 Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswat tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal
seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,
maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif
atau dapat mewakili. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Total jumlah populasi adalah 135 Mahasiswa. Karena populasi
lebih dari 100 maka ntuk mengambil
sampling yaitu dengan rumus:
n =25% x N
n = 25% x 135
n = 33,75
n = 34
Jadi sample yang kita pilih sejumlah 34 orang.
C. Definisi
Operasional
No
|
Variable
Penelitian
|
Definisi
Operasional
|
Alat
Ukur
|
Hasil
Ukur
|
Skala
|
1.
|
Tingkat
Stres
|
Kriteria
terhadap tingkat stress ditunjukkan pada jawaban-jawaban yang tertulis dalam
kuisioner
|
Kessler
Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress
|
Skor di bawah 20 : tidak mengalami
stres
Skor 20-24 : stres ringan
Skor 25-29 : stres sedang Skor 30 dan di atas 30 : stres berat.
|
Interval
|
2.
|
Penurunan
Prestasi
|
Penurunan
Produktivitas
|
Nilai-nilai
tugas
|
Nilai
tugas dibandingkan dari hari ke hari
|
Rasio
|
D. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian
mengenai hubungan tingkat stress dengan penurunan prestasi mahasiswa tingkat
satu Departemen Teknik Mesin di Uniiversitas Diponegoro, Kecamatan Tembalang,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
E. Waktu
Penelitian
Waktu Penelitian
dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016.
F. Etika
Penelitian
Etika penelitian merupakan
hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelittian. Penelitian ini
berhubungan dengan manusia maka, perlu memperhatikan etika dan hak responden
dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian , peneliti harus meminta
persetujuan responden dan harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
Peneliti harus meminta pensetujuan dari Badan yang berwenang di Universitas
Diponegoro, Setelah mendapat persetujuan tersebut peneliti harus menemui dan
meninta kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
Setelah semua di mendapat
persetujuan barulah kita memperhatikan etika dalam penelitian sebagai berikut.6:
1. Informed consent
Informed concent yaitu suatu
lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada responden untuk
menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan
penelitian.
Isi
Informed Consent yaitu;
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan
yang dapat ditimbulkan
c.
Penjelasan
manfaat yang akan didapatkan
d.
Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri
kapan saja
f.
Jaminan anonimitas
dan kerahasiaan
2.
Standar etik penelitian kesehatan
Deklarasi Helsinki
memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek harus diatas kepentingan lain,
berarti harus diperhatikan. Seorang dokter harus bertindak demi kepentingan
pasiennya, dan tidak dapat melakukan tindakan yang merugikan pasien. Terdapat
dua pernyataan yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia
sebagai subjek, yaitu :
a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
G. Alat pengumpul data
1. Tingkat Stres
Pengukuran
tingkat stress penulis penggunakan kuisioner. Kuesioner yang sering dipakai
untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa yaitu1 :Kessler
Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari
10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana
responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang
mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami
stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk
jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan
sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 :
tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres
ringan
c. Skor 25-29 : stres
sedang
d. Skor 30 dan di atas
30 : stres berat (Carolin, 2010).
2. Penurunan Prestasi
Belajar
Penuruan prestasi
belajar dengan menggunakan alat ukur media komputer. Jenis data yang didapatkan
dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri
dari7 :
a. Data kuantitatif
menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai hasil
prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
b. Analisis data yang
berbentuk data kualitatif hasil pengamatan observer dan validator serta siswa
sebagai subyek penelitian di analisis dengan menggunakan analisis diskriptif
kualitatif dengan membandingkan hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam
proses pembelajaran dan tanggapan penngunaan media computer dari kondisi awal
siklus I dan siklus II.
Rumus yang digunakan
adalah :
Persentase
skor = skor yang diperoleh x 100%
Skor max
(Sudjana, 2002:47)
Indikator keberhasilan
penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi
dasar yang diperoleh mencapai ≥ 75 sebanyak ≥ 75 % setelah dilakukan tindakan
selama 2 siklus.
2. Adanya peningkatan
aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas hingga
mencapai kualifikasi baik. Apabila prestasi yang diperoleh siswa setelah
dikenai tindakan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan berarti
hipotesis tindakan terbukti.
H. Prosedur
pengumpulan data
Metode pengumpulan data yaitu
dengan Deskriptif pendekatan kuantitatif
yaitu suatu metode dengan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistm pemikiran atau suatu kelas peristiwa paada masa sekarang dengan
pendekatan perhitungan.
Adapun Pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Angket
Angket
adalah daftar pertanyaan yang sering digunakan secara umum disebut kuisioner.8
2. Dokumentasi
Cara
pengumpulan data ini yaitu dengan mengumpulkan data dari
dokumentasi-dokumentasi yang pernah ada yaitu nilai-nilai yang diperoleh
mahhasiswa oleh Dosen.9
I. Analisis
Data
1. Pengolahan
data
Data-data dari
kuisioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sebagai
berikut:
a. Memeriksa
data atau editing
Memeriksa hasil
pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan, dan dokumen nilai-nilai mahasiswa
b. Memberi
kode/koding
Koding adalah dengan
memberi symbol-simbol tertentu untu masing masing data :
Tingkat stress
Skor di bawah 20 :
tidak stres
Skor 20-24 : ringan
Skor 25-29 : sedang
Skor 30 dan di atas 30 : berat
Prestasi belajar
Skor kurang dari 75% = Menurun
Skor 75% = Konstan
Skor >75 = Meningkat
c. Entri
Data
Memasukkan data ke
program computer
d. Tabulasi
Tabulasi adalah
menyusun data sehingga mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan
dalam bentuk table atau grafik.
e. Skoring
Pada tahap ini peneliti
memberi skor pada data sesuai hasil angket dan dokumentasi.
f. Cleaning
Peneliti memeriksa kembali data yang
dimasukkan agar bebas dari kesalahan.
2. Analisa
Data
a. Analisa
Univariat
Analisa data ini
dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusidan presentasi tiap variabel.
b. Analisa
Bivariat
Analisa Bivariat adalah
analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel apakah kedua variabel yang
diduga berhubungan benar-benar berhubungan atau tidak.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Nasution,
H. (2011). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
2. Diakses
pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://digilib.unila.ac.id/7018/112/BAB%20I.pdf
3. Nasution,
I. S. (2011). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23495/4/Chapter%20II.pdf
IS.
4. Suswati
& Ayyubi, I.A. Al. (2008). Pengaruh
stress kerja terhadap prestasi kerja. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No.
2, Hal. 119-128.
5. Sora, N. (2015). Pengertian populasi dan sampel
serta teknik sampling. Diakses pada 5 Oktober 2016 dari http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html.
6. Mustikawati, I. S. Etika
penelitian ime351.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../sites/.../Metodelogi-Penelitian-Pertemuan-9.doc
7.
Sugiyanti. (2012).
Peningkatan prestasi belajar menggunakan
alat-alat ukur melalui penggunaan media computer. Journal Penelitian
Pendidikan, Vol. 9.
8.
Diakses pada
Oktober 2016 dari http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0606669_chapter3.pdf
9.
Diakses pada ttanggal 6 Oktober
2016 dari http://repository.upi.edu/13483/6/TA_TE_1002309_Chapter3.pdf
10.
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN STRES TERHADAP PENURUNAN
PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT SATU DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Dosen
Pengampu:
Bambang Edi Warsito, S.Kp., M.Kes
Oleh:
Ismaya Dwi
Safitri 22020115120005
A.15.2
DEPARTEMAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres merupakan suatu hal yang wajar bagi kehidupan manusia kehidupan manusia.
Kita memerlukan stres untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stres
yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal
ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang. Stres
dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa
sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Salah satu fenomena stres yaitu pada
mahasiswa tingkat satu atau yang biasa kita sebut mahasiswa baru.1
Fenomena stress sangat sering terjadi pada mahasiswa
baru. Mereka akan merasakan suasana baru yang harus segera mereka sesuaikan.
Lingkungan yang baru ini bukan hanya teman-teman mereka yang baru akan tetapi
juga mata kuliah yang baru, cara belajar yang baru. Kita tahu bahwa di
lingkungan kampus sangat berbeda dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas dimana
terdapat setumpuk tugas yang menanti berbeda dengan masa Sekolah Menngah Atas
yang sebelumnya masih bergantung pada guru, sedangkan jika masa kuliah
mahasiswa dituntut untuk mandiri.
Penelitian Abdulghani (2008) menunjukkan dampak
stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga. Stres
pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik,
penurunan konsentrasi belajar dan penurunan daya ingat. Stresor yang mempunyai
peran besar terhadap stres pada mahasiswa kedokteran adalah stresor akademik.
Stresor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari berbagai macam hal, yaitu
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu perubahan
kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan makan, tanggung jawab baru dan perubahan
kebiasaan belajar. Faktor eksternal, yaitu bertambahnya beban kuliah dan
mendapatkan nilai lebih 4 kecil dari yang diharapkan.2
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana
tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas
Diponegoro.
2. Bagaimana
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi pada mahasiswa baru
Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
C. Batasan
Masalah
Penulis
menetapkan batasan-batasan masalah agar skripsi ini tidak menyimpang dan dapat
mengembangkan tujuan dari yang direncanakan sebagai berikut :
1. Responden
yang digunakan dalam skripsi ini adalah mahasiswa tingkat satu Departemen
Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2. Hal
yang diteliti sebatas tingkat stress dari respondden yang telah disampaikan
diatas yang berhubungan dengan penurunan prestasi mahasiswa.
D. Tujuan
1. Mengeahui tingkat stress pada
mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2. Mengetahui
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasiA pada mahasiswa baru
Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
E. Manfaat
1. Mahasiswa
baru
Mahasiswa mengetahui
hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi.
2.
Perawat
Perawat
mengetahui berbagai tingkat stress mahasiswa dan bagaimana cara mengintervensi
agar mahasiswa dapat mempertahankan prestasinya.
3.
Orang Tua
Orang tua dapat memanntau anaknya agar
prestasinya tidak menurun akibat stres.
4.
Rumah sakit
Rumah sakit dapat
mempersiapkan tenaga ahli untuk mengentaskan masalah ini.
F. Sistematika
Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Metodologi Penelitian
BAB 4 Hasil dan
Pembahasan
BAB 5 Penutup
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. STRES
1. Definisi
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai
potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya.
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stres atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu
respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung
berdebar, gemetar, pusing, Universitas Sumatera Utara serta respon psikologis
seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai
suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres
melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Stres dadalah perasaan
tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai
stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian jadi
stress ini merupakan hal yang wajar apabila tidak berlebihan namun apabila
berlebihan maka akan berdampak buruk. Stres merupakan suatu keadaan yang
menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan
respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada
individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.1
2. Faktor
Penyebab
Stressor adalah
faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon
stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam
kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor Universitas
Sumatera Utara diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002).
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk
fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial
(seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap
sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi
stressor.1
3. Klasifikasi
Stres
Menurut Selye dalam
menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu
terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu3 :
a. Distress ( stres negatif) Merupakan stres
yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu
keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.
Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan
timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase
joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul
dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan,
kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi
individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.3
4. Respon
Fisiologis Stres
Keadaan stres
menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi
stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang
mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan
darurat. Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi
simpatetik terhadap ANS (autonomic nervus system) dari sistem medula adrenal,
mengaktifkan medula adrenal untuk menyekresi epinefrin dan norepinefrin yang
mempengaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu
hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini.
Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang
cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing
hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan
adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini merangsang korteks adrenal untuk
menyekresi glukokortikoid, termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber
energi tubuh, meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel.
Kortisol juga sebagai antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama
respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).1
5. Fight
or Flight Response pada Stres
Walter Canon (1929)
memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi
psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya. Hans Selye
(1956-1974) menjelaskan general adaptation syndrome (GAS) yang terdiri dari
tiga tingkatan, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage (
Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinel, 2009). Alarm reaction, selama
alarm, perlawanan tubuh melawan stressor yang diarahkan melalui aktivasi sistem
saraf simpatetik. Aktivasi sistem-sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan
mempersiapkan mereka untuk respon fight or flight. Adrenalin (epinefrin)
dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas menjadi lebih
cepat, darah diarahkan dari organ dalam berpindah ke otot skelet, kelenjar
keringat diaktifkan, dan aktivitas gastrointestinal menurun. Sebagai respon
jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini dapat
disesuaikan. Resistance stage, pada tahap ini, organisme beradaptasi terhadap
stressor. Seberapa lama tahap ini tergantung keparahan stressor dan kapasitas
organisme. Jika organisme mampu beradapatasi maka kekuatan melawan pada tahap
ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini,
seseorang memberikan gambaran keadaan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa,
fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan
perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan
dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga
rentan terhadap infeksi. Exhaustion stage, tahap akhir, kemampuan organisme
untuk bertahan habis, dan menghasilkan suatu kerusakan. Karakteristik tahap ini
adalah aktivasi parasimpatik dari sistem saraf otonom. Fungsi parasimpatik abnormal
,menyebabkan seseorang menjadi kelelahan, tahap ini sering menghasilkan depresi
dan kadang-kadang kematian.1
6. Coping
Stres
Coping
yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang
umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung
pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarous dan koleganya
mengidentifikasi dua dimensi coping (Lazarous dan Folkman, 1984).
•
Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) Yaitu mencakup
bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang
relevan dengan solusi.
• Coping yang berfokus
pada emosi ( emotion focused coping) Merujuk pada berbagai upaya untuk
mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan
mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa
nyaman dari orang lain. Strategi menghadapi stres antara lain dengan
mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri
secara psikis atau mental, fisik dan sosial.
Perbaikan diri secara
psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan
hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik
dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,
olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan
melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial.
Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif
stresor (Sunaryo,2004). Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa
pendekatan antara lain (Yulianti;2004, Chomaria;2009)3:
a.
Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik).
Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian otak yang berfungsi
mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
b.
Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau
adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan
nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir
individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan
pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan,
serta hipnoterapi.
d.
Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi yaitu
relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi
maupun transendensi/keagamaan.
6.
Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres
Stres
dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu 1
a. Stres ringan Stres ringan adalah stres yang
tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan
dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika
dihadapi terus menerus.
b.
Stres sedang Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa
jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang
belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru,
permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan seseorang.
c.
Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan
suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang
lama (Rasmund, 2004). Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem
scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.
kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui
tingkat stres pada mahasiswa antara lain1 :
Kessler Psychological
Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan
yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden
tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami
stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk
jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana
responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 :
tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres
ringan
c. Skor 25-29 : stres
sedang
d. Skor 30 dan di atas
30 : stres berat (Carolin, 2010).
B. Mahasiswa
Tingkat Satu
Mahasiswa tingkat satu
adalah mahasiswa baru yang telah lulus dari SMA kemudian terdaftar sebagai mahasiswa setelah melalui berbagai proses
yang ditentukan Perguruan Tinggi.
C. Prestasi
Belajar
1. Definisi
Pengertian Prestasi belajar
adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah
usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.
Adapun pengertian prestasi
belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar
(2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah dibukukan
dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata
pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor.
Sedangkan menurut Tohirin
(2006), prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar. Gambaran prestasi belajar umumnya tertuang dalam
buku raport siswa. Dimana “buku raport merupakan perumusan terakhir yang
diberikan oleh guru mengenai kamajuan atau hasil belajar murit-muritnya selama
masa tertentu itu (4 atau 6 bulan),” Sumadi Suryabrata (2006). Jadi semakin
tinggi nilai raport maka prestasi belajarnyapun akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dipahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa
selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya
prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru
kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran
yang disampaikannya.
D. Hubungan Stres dengan Penurunan
Prestasi
Dampak
dari stress akan nampak dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala fisik dan
gejala perilaku atau semuanya sehingga secara langsung stress berpengaruh
terhadap seluruh individu. Secara individu, reaksi mahasiswa terhadap stress
selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni
membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja ynag bersifat negatif. Hal
ini terjadi tergantung tingkat stress dan ketahanan individu terhadap stress. Secra
umum, bagi mahasiswa yang sulit melakukan penyesuaian diri terhadap stress akan
menggangu keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan
berdampak pada penurunan prestasi belajar mahasiswa dan jika sudah demikian
stress yang dialami karyawan tergolong tinggi, sedangkan bagi mahasiswa lain
justru menjadi daya dorong prestasi kerjanya. 4
Secara
nyata stres fisiologis seorang Mahasiaswa dengan seringnya karyawan merasakan
sakit kepala, mengkatnya detak jantung dan pernapasan serta perubahan dalam
sistem metabolisme. Mengenai stres psikologis Mahasiswa sering merasakan
kebosanan dalam belajar, mudah marah, tersinggung, mengalami kecemasan, dan
lain-lain. Sedangkan stres perilaku dapat diketahui dari adanya perubahan
produktivitas, mengkatnya absensi kuliah, adanya perubahan dalam kebiasaan
makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diindikasikan bahwa
Mahasiswa mengalami tingkat stre yang tinggi sehingga mempengaruhi prestasi
kerja yang dihasilkan seorang Mahasiswa.
Stres
yang terlalu besar bisa mengancam kemampuan seseorang untuk menghadap
lingkungan. Stres sering muncul dan terjadi pada Perguruan Tinggi khusunya pada
Mahasiswa. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu penyebab, namun
biasanya Mahasiswa mengalami stres karena kombinasi dari penyebab stres
tersebut. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job.
Penyebab stres on the job merupakan penyebab stres yang terjadi dari dalam
Kampus , sedangkan penyebab stres off the job adalah penyebab stres yang
terjadi dari luar Kampus.
Masalah-masalah
yang terjadi di kampus yang berkaitan dengan tugas secara otomatis akan
menyebabkan Mahasiswa mengalami stres dalam belajar dan secara otomatis akan
berpengaruh atas prestasi belajarnya. Kondisi seseorang yang dihadapkan pada
tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu akan memacu individu
tersebut mengalami stres. Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu tinggi
berakibat negatif bagi Perguruan Tinggi dan juga prestasi belajar individu.
Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka Perguruan Tinggi dituntut untuk
menjaga agar Mahasiswa tidak sampai mengalami stres yang terlalu berlebihan
sehingga Mahasiswa akan dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
prestasi belajar dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
lancar sesuai tujuan yang diharapkan.4
E. KERANGKA
TEORI
Kerangka Teori dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.4
F. Kerangka
Konsep
G. Variabel
Penelitian
Variabel Penelitian ini
:
Variabel Independent :
Tingkat Stres
Variabel Dependent :
Prestasi Belajar
H. Hipotesis
Hipotesis dari
penelitian ini adalah
Ha : Ada hubungan
antara tingkat stress mahasiswa tingkat satu dengan penurunan prestasi belajar.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross secsional. Mengapa penulis memilih
desain penelitian cross secsional karena
penulis hanya ingin melakukan penngukuran variabel hanya saat tertentu saja.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress
mahasiswa baru dengan penurunan prestasi belajar.
B. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Menurut, Ismiyanto – populasi adalah
keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda,
/ suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan
informasi (data) penelitian.5 Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswat tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal
seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,
maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif
atau dapat mewakili. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Total jumlah populasi adalah 135 Mahasiswa. Karena populasi
lebih dari 100 maka ntuk mengambil
sampling yaitu dengan rumus:
n =25% x N
n = 25% x 135
n = 33,75
n = 34
Jadi sample yang kita pilih sejumlah 34 orang.
C. Definisi
Operasional
No
|
Variable
Penelitian
|
Definisi
Operasional
|
Alat
Ukur
|
Hasil
Ukur
|
Skala
|
1.
|
Tingkat
Stres
|
Kriteria
terhadap tingkat stress ditunjukkan pada jawaban-jawaban yang tertulis dalam
kuisioner
|
Kessler
Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress
|
Skor di bawah 20 : tidak mengalami
stres
Skor 20-24 : stres ringan
Skor 25-29 : stres sedang Skor 30 dan di atas 30 : stres berat.
|
Interval
|
2.
|
Penurunan
Prestasi
|
Penurunan
Produktivitas
|
Nilai-nilai
tugas
|
Nilai
tugas dibandingkan dari hari ke hari
|
Rasio
|
D. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian
mengenai hubungan tingkat stress dengan penurunan prestasi mahasiswa tingkat
satu Departemen Teknik Mesin di Uniiversitas Diponegoro, Kecamatan Tembalang,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
E. Waktu
Penelitian
Waktu Penelitian
dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016.
F. Etika
Penelitian
Etika penelitian merupakan
hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelittian. Penelitian ini
berhubungan dengan manusia maka, perlu memperhatikan etika dan hak responden
dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian , peneliti harus meminta
persetujuan responden dan harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
Peneliti harus meminta pensetujuan dari Badan yang berwenang di Universitas
Diponegoro, Setelah mendapat persetujuan tersebut peneliti harus menemui dan
meninta kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
Setelah semua di mendapat
persetujuan barulah kita memperhatikan etika dalam penelitian sebagai berikut.6:
1. Informed consent
Informed concent yaitu suatu
lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada responden untuk
menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan
penelitian.
Isi
Informed Consent yaitu;
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan
yang dapat ditimbulkan
c.
Penjelasan
manfaat yang akan didapatkan
d.
Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri
kapan saja
f.
Jaminan anonimitas
dan kerahasiaan
2.
Standar etik penelitian kesehatan
Deklarasi Helsinki
memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek harus diatas kepentingan lain,
berarti harus diperhatikan. Seorang dokter harus bertindak demi kepentingan
pasiennya, dan tidak dapat melakukan tindakan yang merugikan pasien. Terdapat
dua pernyataan yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia
sebagai subjek, yaitu :
a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
a. Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b. Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
G. Alat pengumpul data
1. Tingkat Stres
Pengukuran
tingkat stress penulis penggunakan kuisioner. Kuesioner yang sering dipakai
untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa yaitu1 :Kessler
Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari
10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana
responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang
mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami
stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk
jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan
sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 :
tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres
ringan
c. Skor 25-29 : stres
sedang
d. Skor 30 dan di atas
30 : stres berat (Carolin, 2010).
2. Penurunan Prestasi
Belajar
Penuruan prestasi
belajar dengan menggunakan alat ukur media komputer. Jenis data yang didapatkan
dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri
dari7 :
a. Data kuantitatif
menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai hasil
prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
b. Analisis data yang
berbentuk data kualitatif hasil pengamatan observer dan validator serta siswa
sebagai subyek penelitian di analisis dengan menggunakan analisis diskriptif
kualitatif dengan membandingkan hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam
proses pembelajaran dan tanggapan penngunaan media computer dari kondisi awal
siklus I dan siklus II.
Rumus yang digunakan
adalah :
Persentase
skor = skor yang diperoleh x 100%
Skor max
(Sudjana, 2002:47)
Indikator keberhasilan
penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi
dasar yang diperoleh mencapai ≥ 75 sebanyak ≥ 75 % setelah dilakukan tindakan
selama 2 siklus.
2. Adanya peningkatan
aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas hingga
mencapai kualifikasi baik. Apabila prestasi yang diperoleh siswa setelah
dikenai tindakan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan berarti
hipotesis tindakan terbukti.
H. Prosedur
pengumpulan data
Metode pengumpulan data yaitu
dengan Deskriptif pendekatan kuantitatif
yaitu suatu metode dengan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistm pemikiran atau suatu kelas peristiwa paada masa sekarang dengan
pendekatan perhitungan.
Adapun Pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Angket
Angket
adalah daftar pertanyaan yang sering digunakan secara umum disebut kuisioner.8
2. Dokumentasi
Cara
pengumpulan data ini yaitu dengan mengumpulkan data dari
dokumentasi-dokumentasi yang pernah ada yaitu nilai-nilai yang diperoleh
mahhasiswa oleh Dosen.9
I. Analisis
Data
1. Pengolahan
data
Data-data dari
kuisioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sebagai
berikut:
a. Memeriksa
data atau editing
Memeriksa hasil
pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan, dan dokumen nilai-nilai mahasiswa
b. Memberi
kode/koding
Koding adalah dengan
memberi symbol-simbol tertentu untu masing masing data :
Tingkat stress
Skor di bawah 20 :
tidak stres
Skor 20-24 : ringan
Skor 25-29 : sedang
Skor 30 dan di atas 30 : berat
Prestasi belajar
Skor kurang dari 75% = Menurun
Skor 75% = Konstan
Skor >75 = Meningkat
c. Entri
Data
Memasukkan data ke
program computer
d. Tabulasi
Tabulasi adalah
menyusun data sehingga mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan
dalam bentuk table atau grafik.
e. Skoring
Pada tahap ini peneliti
memberi skor pada data sesuai hasil angket dan dokumentasi.
f. Cleaning
Peneliti memeriksa kembali data yang
dimasukkan agar bebas dari kesalahan.
2. Analisa
Data
a. Analisa
Univariat
Analisa data ini
dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusidan presentasi tiap variabel.
b. Analisa
Bivariat
Analisa Bivariat adalah
analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel apakah kedua variabel yang
diduga berhubungan benar-benar berhubungan atau tidak.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Nasution,
H. (2011). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
2. Diakses
pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://digilib.unila.ac.id/7018/112/BAB%20I.pdf
3. Nasution,
I. S. (2011). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23495/4/Chapter%20II.pdf
IS.
4. Suswati
& Ayyubi, I.A. Al. (2008). Pengaruh
stress kerja terhadap prestasi kerja. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No.
2, Hal. 119-128.
5. Sora, N. (2015). Pengertian populasi dan sampel
serta teknik sampling. Diakses pada 5 Oktober 2016 dari http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html.
6. Mustikawati, I. S. Etika
penelitian ime351.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../sites/.../Metodelogi-Penelitian-Pertemuan-9.doc
7.
Sugiyanti. (2012).
Peningkatan prestasi belajar menggunakan
alat-alat ukur melalui penggunaan media computer. Journal Penelitian
Pendidikan, Vol. 9.
8.
Diakses pada
Oktober 2016 dari http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pls_0606669_chapter3.pdf
9.
Diakses pada ttanggal 6 Oktober
2016 dari http://repository.upi.edu/13483/6/TA_TE_1002309_Chapter3.pdf