Wednesday, November 30, 2016

PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN STRES TERHADAP PENURUNAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT SATU DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO



Dosen Pengampu:
Bambang Edi Warsito, S.Kp., M.Kes


Oleh:
Ismaya Dwi Safitri     22020115120005


A.15.2

DEPARTEMAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Stres merupakan suatu hal yang wajar  bagi kehidupan manusia kehidupan manusia. Kita memerlukan stres untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang. Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Salah satu fenomena stres yaitu pada mahasiswa tingkat satu atau yang biasa kita sebut mahasiswa baru.1
Fenomena stress sangat sering terjadi pada mahasiswa baru. Mereka akan merasakan suasana baru yang harus segera mereka sesuaikan. Lingkungan yang baru ini bukan hanya teman-teman mereka yang baru akan tetapi juga mata kuliah yang baru, cara belajar yang baru. Kita tahu bahwa di lingkungan kampus sangat berbeda dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas dimana terdapat setumpuk tugas yang menanti berbeda dengan masa Sekolah Menngah Atas yang sebelumnya masih bergantung pada guru, sedangkan jika masa kuliah mahasiswa dituntut untuk mandiri.
Penelitian Abdulghani (2008) menunjukkan dampak stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga. Stres pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik, penurunan konsentrasi belajar dan penurunan daya ingat. Stresor yang mempunyai peran besar terhadap stres pada mahasiswa kedokteran adalah stresor akademik. Stresor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari berbagai macam hal, yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu perubahan kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan makan, tanggung jawab baru dan perubahan kebiasaan belajar. Faktor eksternal, yaitu bertambahnya beban kuliah dan mendapatkan nilai lebih 4 kecil dari yang diharapkan.2

B.      Rumusan Masalah
1.Bagaimana tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Bagaimana hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi pada mahasiswa baru Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
C.     Batasan Masalah
Penulis menetapkan batasan-batasan masalah agar skripsi ini tidak menyimpang dan dapat mengembangkan tujuan dari yang direncanakan sebagai berikut :
1.      Responden yang digunakan dalam skripsi ini adalah mahasiswa tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Hal yang diteliti sebatas tingkat stress dari respondden yang telah disampaikan diatas yang berhubungan dengan penurunan prestasi mahasiswa.
D.    Tujuan
1. Mengeahui tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Mengetahui hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasiA pada mahasiswa baru Departemen Teknik Universitas Diponegoro.

E.     Manfaat
1.      Mahasiswa baru
Mahasiswa mengetahui hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi.



2. Perawat
Perawat mengetahui berbagai tingkat stress mahasiswa dan bagaimana cara mengintervensi agar mahasiswa dapat mempertahankan prestasinya.
3. Orang Tua
 Orang tua dapat memanntau anaknya agar prestasinya tidak menurun akibat stres.
4. Rumah sakit
Rumah sakit dapat mempersiapkan tenaga ahli untuk mengentaskan masalah ini.
F.      Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Metodologi Penelitian
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
BAB 5 Penutup
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    STRES
1.      Definisi
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
 2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, Universitas Sumatera Utara serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
 3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Stres dadalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian jadi stress ini merupakan hal yang wajar apabila tidak berlebihan namun apabila berlebihan maka akan berdampak buruk. Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.1

2.      Faktor Penyebab
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor Universitas Sumatera Utara diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.1

3.      Klasifikasi Stres
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu3 :
 a. Distress ( stres negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif) Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.3


4.      Respon Fisiologis Stres
Keadaan stres menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan darurat. Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi simpatetik terhadap ANS (autonomic nervus system) dari sistem medula adrenal, mengaktifkan medula adrenal untuk menyekresi epinefrin dan norepinefrin yang mempengaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini. Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini merangsang korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid, termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber energi tubuh, meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel. Kortisol juga sebagai antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).1

5.      Fight or Flight Response pada Stres
Walter Canon (1929) memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya. Hans Selye (1956-1974) menjelaskan general adaptation syndrome (GAS) yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage ( Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinel, 2009). Alarm reaction, selama alarm, perlawanan tubuh melawan stressor yang diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatetik. Aktivasi sistem-sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka untuk respon fight or flight. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas menjadi lebih cepat, darah diarahkan dari organ dalam berpindah ke otot skelet, kelenjar keringat diaktifkan, dan aktivitas gastrointestinal menurun. Sebagai respon jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini dapat disesuaikan. Resistance stage, pada tahap ini, organisme beradaptasi terhadap stressor. Seberapa lama tahap ini tergantung keparahan stressor dan kapasitas organisme. Jika organisme mampu beradapatasi maka kekuatan melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran keadaan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi. Exhaustion stage, tahap akhir, kemampuan organisme untuk bertahan habis, dan menghasilkan suatu kerusakan. Karakteristik tahap ini adalah aktivasi parasimpatik dari sistem saraf otonom. Fungsi parasimpatik abnormal ,menyebabkan seseorang menjadi kelelahan, tahap ini sering menghasilkan depresi dan kadang-kadang kematian.1
6.      Coping Stres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarous dan koleganya mengidentifikasi dua dimensi coping (Lazarous dan Folkman, 1984).
• Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
• Coping yang berfokus pada emosi ( emotion focused coping) Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain. Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial.
Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (Sunaryo,2004). Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain (Yulianti;2004, Chomaria;2009)3:
a. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
b. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
 c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
d. Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun transendensi/keagamaan.
6. Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu 1
 a. Stres ringan Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
c. Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmund, 2004). Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.

 kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa antara lain1 :
Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat (Carolin, 2010).

B.     Mahasiswa Tingkat Satu
Mahasiswa tingkat satu adalah mahasiswa baru yang telah lulus dari SMA kemudian terdaftar sebagai  mahasiswa setelah melalui berbagai proses yang ditentukan Perguruan Tinggi.
C.     Prestasi Belajar
1.      Definisi
Pengertian Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.
Adapun pengertian prestasi belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar (2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah dibukukan dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Sedangkan menurut Tohirin (2006), prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Gambaran prestasi belajar umumnya tertuang dalam buku raport siswa. Dimana “buku raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kamajuan atau hasil belajar murit-muritnya selama masa tertentu itu (4 atau 6 bulan),” Sumadi Suryabrata (2006). Jadi semakin tinggi nilai raport maka prestasi belajarnyapun akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya.
D.    Hubungan Stres dengan Penurunan Prestasi
Dampak dari stress akan nampak dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku atau semuanya sehingga secara langsung stress berpengaruh terhadap seluruh individu. Secara individu, reaksi mahasiswa terhadap stress selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja ynag bersifat negatif. Hal ini terjadi tergantung tingkat stress dan ketahanan individu terhadap stress. Secra umum, bagi mahasiswa yang sulit melakukan penyesuaian diri terhadap stress akan menggangu keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar mahasiswa dan jika sudah demikian stress yang dialami karyawan tergolong tinggi, sedangkan bagi mahasiswa lain justru menjadi daya dorong prestasi kerjanya. 4
Secara nyata stres fisiologis seorang Mahasiaswa dengan seringnya karyawan merasakan sakit kepala, mengkatnya detak jantung dan pernapasan serta perubahan dalam sistem metabolisme. Mengenai stres psikologis Mahasiswa sering merasakan kebosanan dalam belajar, mudah marah, tersinggung, mengalami kecemasan, dan lain-lain. Sedangkan stres perilaku dapat diketahui dari adanya perubahan produktivitas, mengkatnya absensi kuliah, adanya perubahan dalam kebiasaan makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diindikasikan bahwa Mahasiswa mengalami tingkat stre yang tinggi sehingga mempengaruhi prestasi kerja yang dihasilkan seorang Mahasiswa.
Stres yang terlalu besar bisa mengancam kemampuan seseorang untuk menghadap lingkungan. Stres sering muncul dan terjadi pada Perguruan Tinggi khusunya pada Mahasiswa. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu penyebab, namun biasanya Mahasiswa mengalami stres karena kombinasi dari penyebab stres tersebut. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job. Penyebab stres on the job merupakan penyebab stres yang terjadi dari dalam Kampus , sedangkan penyebab stres off the job adalah penyebab stres yang terjadi dari luar Kampus.
Masalah-masalah yang terjadi di kampus yang berkaitan dengan tugas secara otomatis akan menyebabkan Mahasiswa mengalami stres dalam belajar dan secara otomatis akan berpengaruh atas prestasi belajarnya. Kondisi seseorang yang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu akan memacu individu tersebut mengalami stres. Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu tinggi berakibat negatif bagi Perguruan Tinggi dan juga prestasi belajar individu. Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka Perguruan Tinggi dituntut untuk menjaga agar Mahasiswa tidak sampai mengalami stres yang terlalu berlebihan sehingga Mahasiswa akan dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.4


E.     KERANGKA TEORI
Kerangka Teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut.4
Text Box: Gejala Perilaku
 




























F.      Kerangka Konsep
 







G.    Variabel Penelitian
Variabel Penelitian ini :
Variabel Independent : Tingkat Stres
Variabel Dependent : Prestasi Belajar

H.    Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
Ha : Ada hubungan antara tingkat stress mahasiswa tingkat satu dengan penurunan prestasi belajar.









BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross secsional. Mengapa penulis memilih desain penelitian cross secsional karena penulis hanya ingin melakukan penngukuran variabel hanya saat tertentu saja. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress mahasiswa baru dengan penurunan prestasi belajar.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Menurut, Ismiyanto – populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.5 Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswat tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Total jumlah populasi adalah 135 Mahasiswa. Karena populasi lebih dari 100  maka ntuk mengambil sampling yaitu dengan rumus:
n =25% x N
n = 25% x 135
n = 33,75
n = 34
Jadi sample yang kita pilih sejumlah 34 orang.

C.     Definisi Operasional
No
Variable Penelitian
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.
Tingkat Stres
Kriteria terhadap tingkat stress ditunjukkan pada jawaban-jawaban yang tertulis dalam kuisioner
Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress
Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
 Skor 20-24 : stres ringan
Skor 25-29 : stres sedang  Skor 30 dan di atas 30 : stres berat.
Interval
2.
Penurunan Prestasi
Penurunan Produktivitas
Nilai-nilai tugas
Nilai tugas dibandingkan dari hari ke hari
Rasio

D.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian mengenai hubungan tingkat stress dengan penurunan prestasi mahasiswa tingkat satu Departemen Teknik Mesin di Uniiversitas Diponegoro, Kecamatan Tembalang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

E.     Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016.

F.      Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelittian. Penelitian ini berhubungan dengan manusia maka, perlu memperhatikan etika dan hak responden dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian , peneliti harus meminta persetujuan responden dan harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : Peneliti harus meminta pensetujuan dari Badan yang berwenang di Universitas Diponegoro, Setelah mendapat persetujuan tersebut peneliti harus menemui dan meninta kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
Setelah semua di mendapat persetujuan barulah kita memperhatikan etika dalam penelitian sebagai berikut.6:
1.      Informed consent
Informed concent yaitu suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan penelitian. 
Isi Informed Consent yaitu;
a.       Penjelasan manfaat penelitian
b.      Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c.       Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d.      Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e.       Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f.       Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
2.      Standar etik penelitian kesehatan
Deklarasi Helsinki  memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek harus diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Seorang dokter harus bertindak demi kepentingan pasiennya, dan tidak dapat melakukan tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua pernyataan yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, yaitu :
a.    Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b.    Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
G.    Alat pengumpul data
1.      Tingkat Stres
Pengukuran tingkat stress penulis penggunakan kuisioner. Kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa yaitu1 :Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat (Carolin, 2010).
2. Penurunan Prestasi Belajar
Penuruan prestasi belajar dengan menggunakan alat ukur media komputer. Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari7 :
a. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai hasil prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
b. Analisis data yang berbentuk data kualitatif hasil pengamatan observer dan validator serta siswa sebagai subyek penelitian di analisis dengan menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dan tanggapan penngunaan media computer dari kondisi awal siklus I dan siklus II.
Rumus yang digunakan adalah :
Persentase skor = skor yang diperoleh x 100%  
                              Skor max
(Sudjana, 2002:47)
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar yang diperoleh mencapai ≥ 75 sebanyak ≥ 75 % setelah dilakukan tindakan selama 2 siklus.
2. Adanya peningkatan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas hingga mencapai kualifikasi baik. Apabila prestasi yang diperoleh siswa setelah dikenai tindakan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan berarti hipotesis tindakan terbukti.

H.    Prosedur pengumpulan data
Metode pengumpulan data yaitu dengan Deskriptif  pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dengan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistm pemikiran atau suatu kelas peristiwa paada masa sekarang dengan pendekatan perhitungan.
Adapun Pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1.      Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang sering digunakan secara umum disebut kuisioner.8
2.      Dokumentasi
Cara pengumpulan data ini yaitu dengan mengumpulkan data dari dokumentasi-dokumentasi yang pernah ada yaitu nilai-nilai yang diperoleh mahhasiswa oleh Dosen.9
I.       Analisis Data
1.      Pengolahan data
Data-data dari kuisioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
a.       Memeriksa data atau editing
Memeriksa hasil pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan, dan dokumen nilai-nilai mahasiswa
b.      Memberi kode/koding
Koding adalah dengan memberi symbol-simbol tertentu untu masing masing data :
Tingkat stress
Skor di bawah 20 : tidak stres
Skor 20-24 : ringan
Skor 25-29 :  sedang
 Skor 30 dan di atas 30 :  berat
Prestasi belajar
Skor kurang dari 75%      = Menurun
Skor 75%                         = Konstan
Skor >75                          = Meningkat
c.       Entri Data
Memasukkan data ke program computer
d.      Tabulasi
Tabulasi adalah menyusun data sehingga mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk table atau grafik.
e.       Skoring
Pada tahap ini peneliti memberi skor pada data sesuai hasil angket dan dokumentasi.
f.       Cleaning
 Peneliti memeriksa kembali data yang dimasukkan agar bebas dari kesalahan.
2.      Analisa Data
a.       Analisa Univariat
Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusidan presentasi tiap variabel.
b.      Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel apakah kedua variabel yang diduga berhubungan benar-benar berhubungan atau tidak.













DAFTAR PUSTAKA

1.      Nasution, H. (2011). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
2.      Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://digilib.unila.ac.id/7018/112/BAB%20I.pdf
3.      Nasution, I. S. (2011). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23495/4/Chapter%20II.pdf IS.
4.      Suswati & Ayyubi, I.A. Al. (2008). Pengaruh stress kerja terhadap prestasi kerja. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, Hal. 119-128.
5.       Sora, N. (2015). Pengertian populasi dan sampel serta teknik sampling. Diakses pada 5 Oktober 2016 dari http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html.
6.      Mustikawati, I. S. Etika penelitian ime351.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../sites/.../Metodelogi-Penelitian-Pertemuan-9.doc
7.      Sugiyanti. (2012). Peningkatan prestasi belajar menggunakan alat-alat ukur melalui penggunaan media computer. Journal Penelitian Pendidikan, Vol. 9.
9.      Diakses pada ttanggal 6 Oktober 2016 dari http://repository.upi.edu/13483/6/TA_TE_1002309_Chapter3.pdf
10.   



 PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN STRES TERHADAP PENURUNAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT SATU DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO



Dosen Pengampu:
Bambang Edi Warsito, S.Kp., M.Kes


Oleh:
Ismaya Dwi Safitri     22020115120005


A.15.2

DEPARTEMAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Stres merupakan suatu hal yang wajar  bagi kehidupan manusia kehidupan manusia. Kita memerlukan stres untuk mendorong berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang. Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Salah satu fenomena stres yaitu pada mahasiswa tingkat satu atau yang biasa kita sebut mahasiswa baru.1
Fenomena stress sangat sering terjadi pada mahasiswa baru. Mereka akan merasakan suasana baru yang harus segera mereka sesuaikan. Lingkungan yang baru ini bukan hanya teman-teman mereka yang baru akan tetapi juga mata kuliah yang baru, cara belajar yang baru. Kita tahu bahwa di lingkungan kampus sangat berbeda dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas dimana terdapat setumpuk tugas yang menanti berbeda dengan masa Sekolah Menngah Atas yang sebelumnya masih bergantung pada guru, sedangkan jika masa kuliah mahasiswa dituntut untuk mandiri.
Penelitian Abdulghani (2008) menunjukkan dampak stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga. Stres pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik, penurunan konsentrasi belajar dan penurunan daya ingat. Stresor yang mempunyai peran besar terhadap stres pada mahasiswa kedokteran adalah stresor akademik. Stresor akademik pada mahasiswa dapat berasal dari berbagai macam hal, yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu perubahan kebiasaan tidur, perubahan kebiasaan makan, tanggung jawab baru dan perubahan kebiasaan belajar. Faktor eksternal, yaitu bertambahnya beban kuliah dan mendapatkan nilai lebih 4 kecil dari yang diharapkan.2

B.      Rumusan Masalah
1.Bagaimana tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Bagaimana hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi pada mahasiswa baru Departemen Teknik Universitas Diponegoro.
C.     Batasan Masalah
Penulis menetapkan batasan-batasan masalah agar skripsi ini tidak menyimpang dan dapat mengembangkan tujuan dari yang direncanakan sebagai berikut :
1.      Responden yang digunakan dalam skripsi ini adalah mahasiswa tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Hal yang diteliti sebatas tingkat stress dari respondden yang telah disampaikan diatas yang berhubungan dengan penurunan prestasi mahasiswa.
D.    Tujuan
1. Mengeahui tingkat stress pada mahasiswa baru Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Mengetahui hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasiA pada mahasiswa baru Departemen Teknik Universitas Diponegoro.

E.     Manfaat
1.      Mahasiswa baru
Mahasiswa mengetahui hubungan tingkat stress terhadap penurunan prestasi.



2. Perawat
Perawat mengetahui berbagai tingkat stress mahasiswa dan bagaimana cara mengintervensi agar mahasiswa dapat mempertahankan prestasinya.
3. Orang Tua
 Orang tua dapat memanntau anaknya agar prestasinya tidak menurun akibat stres.
4. Rumah sakit
Rumah sakit dapat mempersiapkan tenaga ahli untuk mengentaskan masalah ini.
F.      Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Metodologi Penelitian
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
BAB 5 Penutup
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    STRES
1.      Definisi
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
 2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, Universitas Sumatera Utara serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
 3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Stres dadalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian jadi stress ini merupakan hal yang wajar apabila tidak berlebihan namun apabila berlebihan maka akan berdampak buruk. Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.1

2.      Faktor Penyebab
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor Universitas Sumatera Utara diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.1

3.      Klasifikasi Stres
Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu3 :
 a. Distress ( stres negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stres positif) Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.3


4.      Respon Fisiologis Stres
Keadaan stres menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan darurat. Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi simpatetik terhadap ANS (autonomic nervus system) dari sistem medula adrenal, mengaktifkan medula adrenal untuk menyekresi epinefrin dan norepinefrin yang mempengaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan respirasi. Rute kedua yaitu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua struktur ini. Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing hormone (CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini merangsang korteks adrenal untuk menyekresi glukokortikoid, termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber energi tubuh, meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel. Kortisol juga sebagai antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama respon fight or flight, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009).1

5.      Fight or Flight Response pada Stres
Walter Canon (1929) memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya. Hans Selye (1956-1974) menjelaskan general adaptation syndrome (GAS) yang terdiri dari tiga tingkatan, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage ( Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinel, 2009). Alarm reaction, selama alarm, perlawanan tubuh melawan stressor yang diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatetik. Aktivasi sistem-sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka untuk respon fight or flight. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas menjadi lebih cepat, darah diarahkan dari organ dalam berpindah ke otot skelet, kelenjar keringat diaktifkan, dan aktivitas gastrointestinal menurun. Sebagai respon jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini dapat disesuaikan. Resistance stage, pada tahap ini, organisme beradaptasi terhadap stressor. Seberapa lama tahap ini tergantung keparahan stressor dan kapasitas organisme. Jika organisme mampu beradapatasi maka kekuatan melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran keadaan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal tubuh tidak normal. Stres yang terus menerus akan menyebabkan perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle, menyatakan bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan perubahan terhadap sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi. Exhaustion stage, tahap akhir, kemampuan organisme untuk bertahan habis, dan menghasilkan suatu kerusakan. Karakteristik tahap ini adalah aktivasi parasimpatik dari sistem saraf otonom. Fungsi parasimpatik abnormal ,menyebabkan seseorang menjadi kelelahan, tahap ini sering menghasilkan depresi dan kadang-kadang kematian.1
6.      Coping Stres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut. Lazarous dan koleganya mengidentifikasi dua dimensi coping (Lazarous dan Folkman, 1984).
• Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) Yaitu mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
• Coping yang berfokus pada emosi ( emotion focused coping) Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain. Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial.
Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (Sunaryo,2004). Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain (Yulianti;2004, Chomaria;2009)3:
a. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
b. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
 c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
d. Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun transendensi/keagamaan.
6. Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu 1
 a. Stres ringan Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
c. Stres berat Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmund, 2004). Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.

 kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa antara lain1 :
Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat (Carolin, 2010).

B.     Mahasiswa Tingkat Satu
Mahasiswa tingkat satu adalah mahasiswa baru yang telah lulus dari SMA kemudian terdaftar sebagai  mahasiswa setelah melalui berbagai proses yang ditentukan Perguruan Tinggi.
C.     Prestasi Belajar
1.      Definisi
Pengertian Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.
Adapun pengertian prestasi belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar (2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah dibukukan dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Sedangkan menurut Tohirin (2006), prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Gambaran prestasi belajar umumnya tertuang dalam buku raport siswa. Dimana “buku raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kamajuan atau hasil belajar murit-muritnya selama masa tertentu itu (4 atau 6 bulan),” Sumadi Suryabrata (2006). Jadi semakin tinggi nilai raport maka prestasi belajarnyapun akan semakin tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya.
D.    Hubungan Stres dengan Penurunan Prestasi
Dampak dari stress akan nampak dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku atau semuanya sehingga secara langsung stress berpengaruh terhadap seluruh individu. Secara individu, reaksi mahasiswa terhadap stress selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja ynag bersifat negatif. Hal ini terjadi tergantung tingkat stress dan ketahanan individu terhadap stress. Secra umum, bagi mahasiswa yang sulit melakukan penyesuaian diri terhadap stress akan menggangu keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar mahasiswa dan jika sudah demikian stress yang dialami karyawan tergolong tinggi, sedangkan bagi mahasiswa lain justru menjadi daya dorong prestasi kerjanya. 4
Secara nyata stres fisiologis seorang Mahasiaswa dengan seringnya karyawan merasakan sakit kepala, mengkatnya detak jantung dan pernapasan serta perubahan dalam sistem metabolisme. Mengenai stres psikologis Mahasiswa sering merasakan kebosanan dalam belajar, mudah marah, tersinggung, mengalami kecemasan, dan lain-lain. Sedangkan stres perilaku dapat diketahui dari adanya perubahan produktivitas, mengkatnya absensi kuliah, adanya perubahan dalam kebiasaan makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diindikasikan bahwa Mahasiswa mengalami tingkat stre yang tinggi sehingga mempengaruhi prestasi kerja yang dihasilkan seorang Mahasiswa.
Stres yang terlalu besar bisa mengancam kemampuan seseorang untuk menghadap lingkungan. Stres sering muncul dan terjadi pada Perguruan Tinggi khusunya pada Mahasiswa. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu penyebab, namun biasanya Mahasiswa mengalami stres karena kombinasi dari penyebab stres tersebut. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job. Penyebab stres on the job merupakan penyebab stres yang terjadi dari dalam Kampus , sedangkan penyebab stres off the job adalah penyebab stres yang terjadi dari luar Kampus.
Masalah-masalah yang terjadi di kampus yang berkaitan dengan tugas secara otomatis akan menyebabkan Mahasiswa mengalami stres dalam belajar dan secara otomatis akan berpengaruh atas prestasi belajarnya. Kondisi seseorang yang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu akan memacu individu tersebut mengalami stres. Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu tinggi berakibat negatif bagi Perguruan Tinggi dan juga prestasi belajar individu. Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka Perguruan Tinggi dituntut untuk menjaga agar Mahasiswa tidak sampai mengalami stres yang terlalu berlebihan sehingga Mahasiswa akan dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.4


E.     KERANGKA TEORI
Kerangka Teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut.4
Text Box: Gejala Perilaku
 



























F.      Kerangka Konsep
 






G.    Variabel Penelitian
Variabel Penelitian ini :
Variabel Independent : Tingkat Stres
Variabel Dependent : Prestasi Belajar

H.    Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
Ha : Ada hubungan antara tingkat stress mahasiswa tingkat satu dengan penurunan prestasi belajar.









BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross secsional. Mengapa penulis memilih desain penelitian cross secsional karena penulis hanya ingin melakukan penngukuran variabel hanya saat tertentu saja. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress mahasiswa baru dengan penurunan prestasi belajar.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Menurut, Ismiyanto – populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.5 Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswat tingkat satu Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Total jumlah populasi adalah 135 Mahasiswa. Karena populasi lebih dari 100  maka ntuk mengambil sampling yaitu dengan rumus:
n =25% x N
n = 25% x 135
n = 33,75
n = 34
Jadi sample yang kita pilih sejumlah 34 orang.

C.     Definisi Operasional
No
Variable Penelitian
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.
Tingkat Stres
Kriteria terhadap tingkat stress ditunjukkan pada jawaban-jawaban yang tertulis dalam kuisioner
Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress
Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
 Skor 20-24 : stres ringan
Skor 25-29 : stres sedang  Skor 30 dan di atas 30 : stres berat.
Interval
2.
Penurunan Prestasi
Penurunan Produktivitas
Nilai-nilai tugas
Nilai tugas dibandingkan dari hari ke hari
Rasio

D.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian mengenai hubungan tingkat stress dengan penurunan prestasi mahasiswa tingkat satu Departemen Teknik Mesin di Uniiversitas Diponegoro, Kecamatan Tembalang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

E.     Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016.

F.      Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelittian. Penelitian ini berhubungan dengan manusia maka, perlu memperhatikan etika dan hak responden dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian , peneliti harus meminta persetujuan responden dan harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : Peneliti harus meminta pensetujuan dari Badan yang berwenang di Universitas Diponegoro, Setelah mendapat persetujuan tersebut peneliti harus menemui dan meninta kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
Setelah semua di mendapat persetujuan barulah kita memperhatikan etika dalam penelitian sebagai berikut.6:
1.      Informed consent
Informed concent yaitu suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan penelitian. 
Isi Informed Consent yaitu;
a.       Penjelasan manfaat penelitian
b.      Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan
c.       Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d.      Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e.       Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f.       Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
2.      Standar etik penelitian kesehatan
Deklarasi Helsinki  memuat prinsip etika, dimana kepentingan subyek harus diatas kepentingan lain, berarti harus diperhatikan. Seorang dokter harus bertindak demi kepentingan pasiennya, dan tidak dapat melakukan tindakan yang merugikan pasien. Terdapat dua pernyataan yang merupakan kunci suatu penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, yaitu :
a.    Kepentingan individu subjek harus diberi prioritas dibandingkan dengan komunitas.
b.    Setiap subjek dalam penelitian klinis harus mendapatkan pengobatan terbaik yang ada.
G.    Alat pengumpul data
1.      Tingkat Stres
Pengukuran tingkat stress penulis penggunakan kuisioner. Kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa yaitu1 :Kessler Psychological Distress Scale Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:
a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres
b. Skor 20-24 : stres ringan
c. Skor 25-29 : stres sedang
d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat (Carolin, 2010).
2. Penurunan Prestasi Belajar
Penuruan prestasi belajar dengan menggunakan alat ukur media komputer. Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari7 :
a. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai hasil prestasi belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
b. Analisis data yang berbentuk data kualitatif hasil pengamatan observer dan validator serta siswa sebagai subyek penelitian di analisis dengan menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dan tanggapan penngunaan media computer dari kondisi awal siklus I dan siklus II.
Rumus yang digunakan adalah :
Persentase skor = skor yang diperoleh x 100%  
                              Skor max
(Sudjana, 2002:47)
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar yang diperoleh mencapai ≥ 75 sebanyak ≥ 75 % setelah dilakukan tindakan selama 2 siklus.
2. Adanya peningkatan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas hingga mencapai kualifikasi baik. Apabila prestasi yang diperoleh siswa setelah dikenai tindakan mengalami peningkatan seperti yang diharapkan berarti hipotesis tindakan terbukti.

H.    Prosedur pengumpulan data
Metode pengumpulan data yaitu dengan Deskriptif  pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dengan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistm pemikiran atau suatu kelas peristiwa paada masa sekarang dengan pendekatan perhitungan.
Adapun Pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1.      Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang sering digunakan secara umum disebut kuisioner.8
2.      Dokumentasi
Cara pengumpulan data ini yaitu dengan mengumpulkan data dari dokumentasi-dokumentasi yang pernah ada yaitu nilai-nilai yang diperoleh mahhasiswa oleh Dosen.9
I.       Analisis Data
1.      Pengolahan data
Data-data dari kuisioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
a.       Memeriksa data atau editing
Memeriksa hasil pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan, dan dokumen nilai-nilai mahasiswa
b.      Memberi kode/koding
Koding adalah dengan memberi symbol-simbol tertentu untu masing masing data :
Tingkat stress
Skor di bawah 20 : tidak stres
Skor 20-24 : ringan
Skor 25-29 :  sedang
 Skor 30 dan di atas 30 :  berat
Prestasi belajar
Skor kurang dari 75%      = Menurun
Skor 75%                         = Konstan
Skor >75                          = Meningkat
c.       Entri Data
Memasukkan data ke program computer
d.      Tabulasi
Tabulasi adalah menyusun data sehingga mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk table atau grafik.
e.       Skoring
Pada tahap ini peneliti memberi skor pada data sesuai hasil angket dan dokumentasi.
f.       Cleaning
 Peneliti memeriksa kembali data yang dimasukkan agar bebas dari kesalahan.
2.      Analisa Data
a.       Analisa Univariat
Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusidan presentasi tiap variabel.
b.      Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel apakah kedua variabel yang diduga berhubungan benar-benar berhubungan atau tidak.













DAFTAR PUSTAKA

1.      Nasution, H. (2011). Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
2.      Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 dari http://digilib.unila.ac.id/7018/112/BAB%20I.pdf
3.      Nasution, I. S. (2011). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23495/4/Chapter%20II.pdf IS.
4.      Suswati & Ayyubi, I.A. Al. (2008). Pengaruh stress kerja terhadap prestasi kerja. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, Hal. 119-128.
5.       Sora, N. (2015). Pengertian populasi dan sampel serta teknik sampling. Diakses pada 5 Oktober 2016 dari http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-populasi-dan-sampel-serta-teknik-sampling.html.
6.      Mustikawati, I. S. Etika penelitian ime351.weblog.esaunggul.ac.id/wp.../sites/.../Metodelogi-Penelitian-Pertemuan-9.doc
7.      Sugiyanti. (2012). Peningkatan prestasi belajar menggunakan alat-alat ukur melalui penggunaan media computer. Journal Penelitian Pendidikan, Vol. 9.
9.      Diakses pada ttanggal 6 Oktober 2016 dari http://repository.upi.edu/13483/6/TA_TE_1002309_Chapter3.pdf