ANAK PETANI JADI MAHASISWI
MELALUI BIDIKMISI
Bumi Allah itu luas maka jangan khawatir dengan rezeki dari Allah.
Aku adalah siswa yang mulai bingung melanjutkan hidup kala itu. Ketika
perguruan tinggi swasta sudah mulai menerima pendaftaran mahasiswa baru, aku
masih berhenti di setengah perjalalanan menuju mimpiku. Rasanya sulit untuk
menembus tembok kemustahilan ini, seorang anak petani yang bermimpi melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi.
Kelas XII adalah masa dimana aku harus memilih jalan hidupku. Apakah
aku akan menikah? Apakah aku akan bekerja? Atau aku akan kuliah? Berkeinginan
untuk menikah itu pasti, tetapi aku belum mempersiapkannya. Calon mempelai pria
saja aku belum punya, tetapi kalau urusan perjodohan tempatku lah yang paling
luar biasa. Sebelum aku lulus SMA aku akan dinikahkan dengan seorang lelaki
tetapi usianya terlampau jauh dengan ku yaitu 14 tahun diatas ku. Perjodohan
ini dirancang oleh saudara dekatku namu bukan kedua orangtua ku. Perjodohan di
tempatku adalah hal biasa untuk usia 18 tahun ketika itu aku sudah dipandang
dewasa untuk menikah, karena di tempatku biasanya orang-orang menikah pada usia
15-16 tahun bahkan ada yang baru lulus SD dan dinikahkan. Aku menolak
perjodohan ini dengan alasan masih belum siap.
Pilihan kedua adalah bekerja. Ku rasa sebagian besar anak ingin
meringankan beban kedua orang tuanya. Bekerja adalah salah satu solusi akan
tetapi, aku ingin kuliah. Aku menyampaikan keinginan ku ini kepada orangtua ku,
mereka mengatakan bahwa mereka selalu mendukungku akan tetapi memang saat itu
keluarga ku tidak memiliki materi yang cukup untuk melanjutkan kuliah. Waktu
itu aku langsung mngumpulkan informasi tentang beasiswa untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi negeri. Aku mulai menanyakan kepada kakak tingkatku bagaimana memperoleh
beasiswa. Tidak hanya satu orang yang ku gali informasinya terkait dengan
beasiswa. Kakak tingkat mengatakan ada beasiswa untuk kuliah gratis dan
mendapatkan uang tunjangan setiap bulannya yaitu adalah beasiswa BIDIKMISI.
Kedua kalinya aku meminta izin untuk kuliah kepada kedua orang tua
ku. Ayahku mengatakan “Jika kamu tidak lolos bidikmisi maka kamu jangan kuliah,
namun jika kamu lolos bidikmisi maka bapak dan Ibu akan mengusahakan”. Harapan
sedikit terlihat ketika kedua orang tua sudah mulai mengizinkanku kuliah. Aku
mulai berfikir bagaimana bisa kuliah. Di saat teman-teman ku mengambil bimbel
untuk masuk SBMPTN dan sudah mendaftarkan diri di perguruan tinggi swasta aku
masih terhenti hingga tiba pada penjaringan siswa yang ingin mengikuti SNMPTN.
Ambisiku adalah menjadi seorang dokter lulusan universitas
Indonesia. Ambisi yang sangat besar dan tinggi. Ambisi yang kudapat ketika aku
merasakan sakit pada kelas 4 SD, kemudian aku sangat ingin menjadi dokter.
Universitas Indonesia adalah universitas tujuan ku dimana belum ada siswa dari
SMA ku yang lolos SNMPTN di sana. Aku sudah mengisi kertas penjaringan,
kemudian teman-teman ku bertanya tentang apa yang ku pilih. Tentu saja
teman-temanku kaget tentang pilihan ku. Aku mulai bimbang ketika salah satu
teman ku yang juara 1 kelasku mengambil PGSD di salah satu universitas Negeri
yang memiliki ranking di bawah UI waktu itu. Siang malam ku berdo’a untuk
memantapkan hati. Kemudian suatu hari aku mengingat kata-kata Ayah dan Ibu. Aku
tidak boleh egois, biaya hidup di ibukota tidaklah murah dan menjadi seorang
dokter bukan hal yang mudah dan murah. Aku mulai berkonsultasi pada ayah dan
ibu serta kakak tingkatku yang sudah berkuliah. Aku buka kembali brosur-brosur
yang kudapat dari beberapa expo kampus yang kudatangi.
Salah satu kakak tingkatku menyarankan ku untuk mengambil
keperawatan di Universitas Diponegoro. Aku mulai browsing tentang Universitas ini dan jurusan ini. Aku diskusikan
kepada ayah dan ibu serta Allah Yang Maha Kuasa.Aku memilih pilihan yang
pertama keperawatan Universitas Diponegoro, pilihan kedua Teknologi Hasil
Perikanan Universitas Diponegoro dan pilihan ketiga adalah Kebidanan
Universitas Brawijaya.
Akhirnya guru BK ku menjaring minat siswa yang akan memilih jurusan
pada SNMPTN dan hasilnya dipasang di depan kelas. Ternyata pilihanku ada yang
menyamai. Aku kemudian menemui kawanku itu dan kami mendiskusikan terkait
pilihan jurusan yang sama dan universitas yang sama kami pilih. Aku ungkapkan
terkait dengan cita-citaku dan kondisi keluarga ku mereka pun juga begitu. Kami
musyawarahkan siapa yang akan mengalah dan siapa yang maju dengan pilihan ini.
Akhirnya pilihan itu jatuh kepadaku dan teman-temanku mengalah dan mereka
mengganti pilihan pertama mereka ke universitas lain.
Hari pendaftaran SNMPTN itu telah tiba aku ucapkan basmalah sebelum
membuka web pendaftaran secara online. Aku mulai memasukkan jurusan dan
universitas yang kupilih sesuai dengan penjaringan kemarin. Sebelum aku
mengirim ku pastikan kembali pilihan ku dan kuucapkan basmalah sekali lagi
sebelum mengirim.
Hari berganti
hari, Ujian Nasional pun tiba aku mengikuti dengan serius. Pengumuman pun tiba.
Aku diterima di Universitas Diponegoro jurusan S1-Keperawatan. Setelah iu Aku
mengurus berkas bidikmisi. Pada saat aku mengurus berkas, ada salah satu oknum
pegawai desa yang enggan mengurus surat-surat ku dan meminta suap uang.
Akhirnya kejadian ini ku laporkan ke kepala desa dan oknum dari pegawai
kelurahan tadi di tegur bapak kepala desa. Meskipun aku bidikmisi aku tetap
keluar uang, untuk mengurus berbagai berkas dan transportasi kesana kemari.
Ayahku sempat kesulitan uang dan akhirnya ayahku mejual tenak satu-satunya
yaitu sapi untuk biaya kos ku selama setahun. Setelah itu aku mulai beradaptasi
di semarang. Banyak sekali hal-hal yang ku syukuri selama kuliah. Sebagai anak
yang awalnya tidak mungkin melanjutkan kuliah bahkan tidak mungkin melanjutkan
SMA kini aku bisa mengenyam bangku perkuliahan sama seperti anak pejabat, artis
dan orang kaya lainnya. Bersyukur mempunyai teman-teman yang begitu baik,
selalu medukung kemajuanku. Bersyukur mempunyai kedua orang tua yang selalu mendukungku
dalam kebaikan.
Untuk mendapatkan sesuatu pasti ada sesuatu yang kita korbankan.
Untuk dapat berkuliah melalui jalur SNMPTN aku harus meninggalkan ambisiku
kuliah di Universitas dan jurusan harapanku. Tidak pernah terbayangkan
sebelumnya aku dapat mengenyam pendidikan di Universitas Diponegoro yang
merupakan salah satu PTN terbesar di Indonesia. Semua ini tentunya tidak lepas
dari perjuangan dan do’a dari orang tua, diri sendiri dan orang-orang terdekat.
Kini aku sudah memasuki semester 7 dan mulai menggarap skripsi, kuliah,
mengikuti berbagai lomba dan mengembangkan online
shop ku.
Orangtuaku
adalah motivasi ku untuk terus maju menembus batas kemustahilan. Seorang petani
yang dari dahulu dipandang rendah oleh tetangga bahkan kerabat. Sekarang kini
ayah dan ibu membuktikan bahwa Allah akan membantu hambanya yang senantiasa
berdo’a dan berusaha.