Wednesday, November 21, 2018

ANAK PETANI JADI MAHASISWI MELALUI BIDIKMISI

Cerpen 2

ANAK PETANI JADI MAHASISWI
MELALUI BIDIKMISI

Bumi Allah itu luas maka jangan khawatir dengan rezeki dari Allah. Aku adalah siswa yang mulai bingung melanjutkan hidup kala itu. Ketika perguruan tinggi swasta sudah mulai menerima pendaftaran mahasiswa baru, aku masih berhenti di setengah perjalalanan menuju mimpiku. Rasanya sulit untuk menembus tembok kemustahilan ini, seorang anak petani yang bermimpi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Kelas XII adalah masa dimana aku harus memilih jalan hidupku. Apakah aku akan menikah? Apakah aku akan bekerja? Atau aku akan kuliah? Berkeinginan untuk menikah itu pasti, tetapi aku belum mempersiapkannya. Calon mempelai pria saja aku belum punya, tetapi kalau urusan perjodohan tempatku lah yang paling luar biasa. Sebelum aku lulus SMA aku akan dinikahkan dengan seorang lelaki tetapi usianya terlampau jauh dengan ku yaitu 14 tahun diatas ku. Perjodohan ini dirancang oleh saudara dekatku namu bukan kedua orangtua ku. Perjodohan di tempatku adalah hal biasa untuk usia 18 tahun ketika itu aku sudah dipandang dewasa untuk menikah, karena di tempatku biasanya orang-orang menikah pada usia 15-16 tahun bahkan ada yang baru lulus SD dan dinikahkan. Aku menolak perjodohan ini dengan alasan masih belum siap.
Pilihan kedua adalah bekerja. Ku rasa sebagian besar anak ingin meringankan beban kedua orang tuanya. Bekerja adalah salah satu solusi akan tetapi, aku ingin kuliah. Aku menyampaikan keinginan ku ini kepada orangtua ku, mereka mengatakan bahwa mereka selalu mendukungku akan tetapi memang saat itu keluarga ku tidak memiliki materi yang cukup untuk melanjutkan kuliah. Waktu itu aku langsung mngumpulkan informasi tentang beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Aku mulai menanyakan kepada kakak tingkatku bagaimana memperoleh beasiswa. Tidak hanya satu orang yang ku gali informasinya terkait dengan beasiswa. Kakak tingkat mengatakan ada beasiswa untuk kuliah gratis dan mendapatkan uang tunjangan setiap bulannya yaitu adalah beasiswa BIDIKMISI.
Kedua kalinya aku meminta izin untuk kuliah kepada kedua orang tua ku. Ayahku mengatakan “Jika kamu tidak lolos bidikmisi maka kamu jangan kuliah, namun jika kamu lolos bidikmisi maka bapak dan Ibu akan mengusahakan”. Harapan sedikit terlihat ketika kedua orang tua sudah mulai mengizinkanku kuliah. Aku mulai berfikir bagaimana bisa kuliah. Di saat teman-teman ku mengambil bimbel untuk masuk SBMPTN dan sudah mendaftarkan diri di perguruan tinggi swasta aku masih terhenti hingga tiba pada penjaringan siswa yang ingin mengikuti SNMPTN.
Ambisiku adalah menjadi seorang dokter lulusan universitas Indonesia. Ambisi yang sangat besar dan tinggi. Ambisi yang kudapat ketika aku merasakan sakit pada kelas 4 SD, kemudian aku sangat ingin menjadi dokter. Universitas Indonesia adalah universitas tujuan ku dimana belum ada siswa dari SMA ku yang lolos SNMPTN di sana. Aku sudah mengisi kertas penjaringan, kemudian teman-teman ku bertanya tentang apa yang ku pilih. Tentu saja teman-temanku kaget tentang pilihan ku. Aku mulai bimbang ketika salah satu teman ku yang juara 1 kelasku mengambil PGSD di salah satu universitas Negeri yang memiliki ranking di bawah UI waktu itu. Siang malam ku berdo’a untuk memantapkan hati. Kemudian suatu hari aku mengingat kata-kata Ayah dan Ibu. Aku tidak boleh egois, biaya hidup di ibukota tidaklah murah dan menjadi seorang dokter bukan hal yang mudah dan murah. Aku mulai berkonsultasi pada ayah dan ibu serta kakak tingkatku yang sudah berkuliah. Aku buka kembali brosur-brosur yang kudapat dari beberapa expo kampus yang kudatangi.
Salah satu kakak tingkatku menyarankan ku untuk mengambil keperawatan di Universitas Diponegoro. Aku mulai browsing tentang Universitas ini dan jurusan ini. Aku diskusikan kepada ayah dan ibu serta Allah Yang Maha Kuasa.Aku memilih pilihan yang pertama keperawatan Universitas Diponegoro, pilihan kedua Teknologi Hasil Perikanan Universitas Diponegoro dan pilihan ketiga adalah Kebidanan Universitas Brawijaya.
Akhirnya guru BK ku menjaring minat siswa yang akan memilih jurusan pada SNMPTN dan hasilnya dipasang di depan kelas. Ternyata pilihanku ada yang menyamai. Aku kemudian menemui kawanku itu dan kami mendiskusikan terkait pilihan jurusan yang sama dan universitas yang sama kami pilih. Aku ungkapkan terkait dengan cita-citaku dan kondisi keluarga ku mereka pun juga begitu. Kami musyawarahkan siapa yang akan mengalah dan siapa yang maju dengan pilihan ini. Akhirnya pilihan itu jatuh kepadaku dan teman-temanku mengalah dan mereka mengganti pilihan pertama mereka ke universitas lain.
Hari pendaftaran SNMPTN itu telah tiba aku ucapkan basmalah sebelum membuka web pendaftaran secara online. Aku mulai memasukkan jurusan dan universitas yang kupilih sesuai dengan penjaringan kemarin. Sebelum aku mengirim ku pastikan kembali pilihan ku dan kuucapkan basmalah sekali lagi sebelum mengirim.
Hari berganti hari, Ujian Nasional pun tiba aku mengikuti dengan serius. Pengumuman pun tiba. Aku diterima di Universitas Diponegoro jurusan S1-Keperawatan. Setelah iu Aku mengurus berkas bidikmisi. Pada saat aku mengurus berkas, ada salah satu oknum pegawai desa yang enggan mengurus surat-surat ku dan meminta suap uang. Akhirnya kejadian ini ku laporkan ke kepala desa dan oknum dari pegawai kelurahan tadi di tegur bapak kepala desa. Meskipun aku bidikmisi aku tetap keluar uang, untuk mengurus berbagai berkas dan transportasi kesana kemari. Ayahku sempat kesulitan uang dan akhirnya ayahku mejual tenak satu-satunya yaitu sapi untuk biaya kos ku selama setahun. Setelah itu aku mulai beradaptasi di semarang. Banyak sekali hal-hal yang ku syukuri selama kuliah. Sebagai anak yang awalnya tidak mungkin melanjutkan kuliah bahkan tidak mungkin melanjutkan SMA kini aku bisa mengenyam bangku perkuliahan sama seperti anak pejabat, artis dan orang kaya lainnya. Bersyukur mempunyai teman-teman yang begitu baik, selalu medukung kemajuanku. Bersyukur mempunyai kedua orang tua yang selalu mendukungku dalam kebaikan.
Untuk mendapatkan sesuatu pasti ada sesuatu yang kita korbankan. Untuk dapat berkuliah melalui jalur SNMPTN aku harus meninggalkan ambisiku kuliah di Universitas dan jurusan harapanku. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku dapat mengenyam pendidikan di Universitas Diponegoro yang merupakan salah satu PTN terbesar di Indonesia. Semua ini tentunya tidak lepas dari perjuangan dan do’a dari orang tua, diri sendiri dan orang-orang terdekat. Kini aku sudah memasuki semester 7 dan mulai menggarap skripsi, kuliah, mengikuti berbagai lomba dan mengembangkan online shop ku.
Orangtuaku adalah motivasi ku untuk terus maju menembus batas kemustahilan. Seorang petani yang dari dahulu dipandang rendah oleh tetangga bahkan kerabat. Sekarang kini ayah dan ibu membuktikan bahwa Allah akan membantu hambanya yang senantiasa berdo’a dan berusaha.