Tuesday, February 6, 2018

PENGUSAHA PARIWISATA MUDA
GUNA MENYONGSONG INDONESIA EMAS 2045

Bonus demografi adalah keadaan di mana usia produktif akan lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Usia produktif yaitu usia mulai dari 15 sampai dengan usia 64 tahun sekitar 70% dari seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan usia tidak produktif yaitu usia mulai dari 14 tahun ke bawah dan usia mulai dari 65 tahun ke atas berjumlah sekitar 30% dari seluruh penduduk Indonesia.  Pada tahun 2020-2030 Indonesia diprediksi memiliki bonus demografi dimana nanti penduduk Indonesia akan didominasi oleh penduduk dengan usia produktif (Rosari, 2017). Prediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 sekitar 271 juta itu berarti 189,7 juta merupakan penduduk usia produktif. Pada tahun 2030 jumlah penduduk Indonesia diprediksi mencapai 296 juta yang berarti 207,2 juta penduduk Indonesia berusia produktif (Kementrian PPN/Bappenas dkk, 2013). Akankah dengan adanya bonus demografi ini menjadi salah satu daya dorong untuk mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045 dimana Indonesia tepat berusia 100 tahun?
Pemerintah memang memiliki cita-cita menjadikan Indonesia Emas pada tahun 2045 dimana penduduk Indonesia mampu bersaing di segala bidang. Menuju Indonesia Emas 2045 kita tidak dapat menutup mata jika angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Dikutip dari laman website resmi Badan pusat Statistik Nasional tercatat sampai bulan Maret 2017 yaitu sekitar 10,64% penduduk Indonesia masih dikategorikan miskin itu berarti sekitar 27,88 juta dari seluruh penduduk Indonesia saat ini. Angka yang cukup besar untuk dapat ditembus untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045 yang akan datang. Lalu bagaimana Indonesia dapat mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045? Persaingan akan semakin ketat di segala lini, MEA telah dibuka pada 31 Desember 2015 lalu dan pasar bebas WTO akan segera di buka pada tahun 2020. Kemudian bagaimana kita dapat meretas angka kemiskinan tersebut? Siapa yang memiliki andil besar dalam hal ini?
Berbicara siapa yang memiliki andil besar dalam hal ini, tentunya semua Warga Negara Indonesia memiliki andil besar. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” Bung Karno. Ungkapan Bung Karno tersebut setidaknya menjawab pertanyaan yang kita lontarkan tadi. Meskipun semua Warga Negara Indonesia berhak dan berkwajiban untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia emas ini tetapi pemuda memiliki peran penting untuk hal ini. Pemuda yang saya maksud disini adalah mahasiswa. Ada beberapa alasan mengapa mahasiswa memiliki tanggung jawab besar dalam tatanan masyarakat, antara lain (Satries, 2009):
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Spontanitas dan pengabdiannya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri
h. Masih langkanya pengalaman pengalaman yang dapat merelevansikakan pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Jika kita ingin mewujudkan Indonesia Emas ada tahun 2045 mahasiswa harus banyak mempelajari negara-negara yang sudah maju, misalnya Singapura. Singapura hanya memiliki luas daerah yang hanya sekitar 581.5 Km2 tapi mampu menjadi negara maju (Yudha, 2007). Indonesia memiliki luas wilayah yang jauh lebih luas dari pada Singapura yaitu 1,937 juta Km2 dan luas lautan yaitu 3,1 juta Km2 dan ini kelebihan perta ma yang dimiliki Indonesia (Sulistiyono, 2010). Kedua Indonesia memiliki SDM yang kuantitasnya lebih banyak dari Singapura ditambah lagi Indonesia pada tahun 2020-2030 diprediksi akan memiliki bonus demografi. Sekarang yang harus Indonesia lakukan adalah bagaimana akan mengelola bonus demografi yang akan datang dan wilayah tersebut untuk menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045. Salah satu kriteria negara maju adalah diperlukan 5% pengusaha dari negara tersebut, sedangkan pengusaha di Indonesia terhitung hanya 3,1% pada tahun 2017 dilansir dari website resmi Kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah republic Indonesia. Sekarang ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mendukung pemuda agar mau berwirausaha. Presiden kita Joko Widodo pernah mengungkapkan terkait dukungannya kepada pemuda yang mau merambah bisnis di sector pariwisata (Sukmana, 2017). Kita ketahui bahwa Indonesia nan luas ini memiliki banyak sekali spot indah yang dapat kita kunjungi dan jika mahasiswa mau memanfaatkannya maka sector ini akan banyak di lirik dan menghasilkan keuntungan yang besar.
Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi terkait dengan rencananya yang mendukung pemuda untuk berwirausaha di sector pariwisata karena masih banyak wilayah Indonesia yang belum di sentuh dan diberdayagunakan padahal jika para pemuda mau untuk mengambil peluang ini pasti kemajuan akan dapat diraih. Banyak orang mencari spot yang indah untuk melepaskan rasa lelah dan merilekskan ototnya yang tegang dari pekerjaannya sehari-hari. Bahkan banyak orang yang rela membayar mahal demi dapat menikmati pemandangan yang indah. Bisnis di sector pariwisata dapat dipadukan dengan bisnis-bisnis yang lain diantaranya kuliner makanan daerah, pakaian daerah misalnya batik, kerajinan daerah dan tempat penginapan. serta kita dapat memperkenalkan budaya daerah seperti yang kita tahu salah satu daerah destinasi wisata terkenal di Indonesia yaitu Bali.
Ketika para pelancong berkunjung ke suatu daerah pariwisata tentu saja mereka membutuhkan makan. Hal ini merupakan peluang juga bagi pebisnis untuk menghadirkan makanan khas daerah tersebut. Selain makanan, para wisatawan khususnya wanita pasti menyukai untuk berbelanja pakaian dan aksesoris. Pemuda dapat menyumbangkan ide terkait pembuatan pakaian daerah dan aksesoris yang unik dan khas daerah tersebut namun tetap kekinian. Bagi para wisatawan yang ingin berlibur panjang pengusaha muda dapat membuka tempat penginapan yang aman, nyaman dan unik sehingga wisatawan betah untuk berlibur di daerah tersebut.
Pengusaha muda juga dapat menampilkan kebudayaan daerah untuk hiburan misalnya tari daerah, teater daerah dan lagu daerah. Selain berbisnis pemuda juga dapat melestarikan kebudayaan. Bagi wisatawan dalam Negeri akan bertambah rasa nasionalismenya ddan bagi wisatawan asing akan mendapatkan hiburan dan pengetahuan kebudayaan baru. Dirambahnya sector pariwisata untuk bisnis ini berarti dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sehingga dapat menuntaskan kemiskinan.
Pemuda sangat berpengaruh dalam mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045 yang akan datang dan menuntaskan angka kemiskinan di Indonesia. Bonus demografi dan luas wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan para pemuda untuk membuka usaha di sector pariwisata. Pengembangan bisnis pariwisata di daerah memiliki prospek yang sangat bagus selain dapat menghasilkan keuntungan dapat juga menambah rasa cinta nasionalisme bagi wisatawan Indonesia. Bagi wisatawan asing mereka dapat menikmati wisata yang indah bahkan kebudayaan yang berbeda dari negaranya.


DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2017). Diakses pada 7 Desember 2017 dari https://www.bps.go.id/
KEMENTRIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. (2017). Ratio wirausaha Indonesia naik jadi 3,1persen. Diakses pada 7 Desember 2017 dari http://www.depkop.go.id/content/read/ratio-wirausaha-indonesia-naik-jadi-31-persen/
Kementrian PPN/Bappenas, Badan Pusat Statistik dan United Nations Population Fund. (2013). Proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Rosari, A. (2017). Bonus demografi dan dampak terhadap Indonesia. Diakses pada 12 Desember 2017 dari https://www.kompasiana.com/andhinirosari/5a2e2c4acf01b4574160ed32/bonus-demografi-dan-dampak-terhadap-indonesia
Satries, W.I. (2009). Peran serta pemuda dalam pembangunan masyarakat. Diakses pada 7 Desember 2017 dari file:///C:/Users/acer/Downloads/264-994-1-PB.pdf
Sulistiyono, S.T. (2010). Konsep batas wilayah negara di nusantara. Diakses pada 13 Desember 2017 dari http://eprints.undip.ac.id/3258/2/13_artikel_pak_Singgih.pdf

Yudha, A.R.W. (2007). Reklamasi Singapura sebagai potensi konflik delimitasi perbatasan wilayah Indonesia-Singapura. Diakses pada 12 Desember 2017 dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-global04%20wisnu.pdf

No comments:

Post a Comment