Saturday, February 10, 2018

AKU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

AKU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Eko seorang mahasiswa keperawatan dari Kampus terakreditasi A di Jawa Tengah. Eko pulang ke rumah karena dia sedang libur semester ganjil. Ketika dia sampai rumah dia mengetuk pintu seraya berkata “Selamat siang bu”. “Eh Eko akhirnya kamu sampai ruah nak.” Jawab ibunya. “Ibu, tika mana sudah jam segini kok belum pulang, biasanya kan mereka jam setengah tiga sudah sampai rumah.” Tanya Eko kepada ibunya. “Kamu terlalu sibuk dengan urusan kuliah mu nak, sampai tidak tahu adekmu sekarang full day school.” Jawab ibunya. “Oh, full day school, yang sekolahnya dari jam tujuh sampai jam tiga sore kan bu?” Eko menjawab seraya melepaskan jaket yang dia kenakan. “Nha, itu kamu tahu.” Ibu Eko menjelaskan. Ibu nya Eko bernama Yuyun dan Ayahnya eko bernama Imron. Tepat pukul empat sore  Tika telah sampai rumah, perjalanan rumah Tika menuju sekolah memang lumayan jauh perlu waktu 45 menit- 60 menit dari sekolah menuju rumahnya itu rela ia lakukan karena sekolahnya merupakan salah satu sekolah favorit di kota Semarang.
“Selamat sore kak, bu. Kakak sudah sampai rumah, syukurlah” dia tersenyum meskipun wajahnya sudah kusut terkena debu di jalan. “Iya sore nak ganti baju dan makan ya bersama kakak mu.” Kata Ibu Tika penuh dengan kasih sayang. “Baik bu” Tika langsung masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhnya ke Kasur sambil memainkan ponselnya. “Tika katanya mau makan kok lama gak keluar kamar. Kakak dan ayah mu sudah di ruang makan untuk makan bapakmu sampai sudah pulang dari toko tika” Ibu tika masuk ke dalam kamar anak kesayangannya itu. “Ibu Capek bu istirahat dulu ya.” Jawab Tika. “Iya sepuluh menit ya” Jawab ibunya tegas. “Nanti kalau kamu lulus SMA kuliah kayak kakak mu ini ya dia kuliah di keperawatan di universitas ternama di Indonesia.” Kata ayah Tika. “Gak mau ah pak, kakak tuh kuliahnya lama habis S1 harus pendidikan profesi dulu satu tahun. Kakak kan cowok lha aku ini kan cewek pak, Tika sudah tidak mau berfikir lagi. Tika mau langsung kerja aja gak nyusahin bapak Ibu lagi” Jawab Tika. “Sudah nak jangan terlalu dipikirkan soal uang. Uang itu bapak yang mikirin nak.” Jawab Ayah Tika. “Pokoknya habis SMA udah aku gak mau kuliah buk udah gak mau mikir lagi Pak” Jawab Tika lalu dia pergi ke kamar.
Eko ingin mengejar tika. “Eko biarkan tika sendiri dulu.” Kata Ibu Tika. “Kalau tika tidak mau kuliah nanti bagaimana mau sukses. Sekolah mau dibiayain kuliah kok gak mau. Bapak ini pengusaha kaya, kalau Tika tidak kuliah nanti apa kata orang, bapak gak mampu menguliahkan anak padahal bapak Orang mampu” kata Ayah Tika. Ayahnya Tika adalah pengusaha kue dan sudah memiliki 3 toko kue di Semarang. Sementara setelah beberapa menit Ibu Tika menemui Tika di kamar Tika seraya bertanya “Tika jam segini kenapa belum tidur?” “Masih mengerjakan pr bu.” Jawab Tika yang sudah terlihat mengantuk. “Sudah jam sepuluh malam nak besok kan harus bangun subuh. Besok pagi selepas subuh dikerjakan lagi ya” kata Ibu Tika. “Iya bu.” Jawab Tik singkat.
Keesokan harinya Tika berangkat sekolah. Bel berbunyi pertanda pelajaran di mulai Tika dan teman-temannya serius mendengarkan pelajaran Biologi yang dijelaskan Gurunya Pak Fajrul. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Murid-murid pun berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya yang sudah mulai kosong begitu juga Tika dan teman-temannya. “Sin, Lis kalian ngerti gak tadi yang di jelasin pak Fajrul mengenai perkembangan tumbuhan? Aku gak ngerti deh soalnya tadi pak Fajrul hanya bicara saja tidak menuliskan atau menggambar di papan tulis, jadinya aku kurang mengerti. Sedangkan apa yang Pak Fajrul terangkan lewat begitu saja di telingaku.” Tika memulai pembicaraan. “Aku juga juga lebih suka kalau bapak Fajrul menerangkan sambil menggambar.” Jawab Sinta. “Tapi aku mengerti tadi apa yang di jelaskan pak Fajrul. Kok kita berbeda ya.” Lisa bertanya-tanya. “Iya karena setahu aku gaya belajar itu bermacam-macam salah satunya kayak aku auditory melalui pendengaran. Kalau kalian ini visual dengan penglihatan, satu lagi kinestetik yaitu sambil memperagakan. Ada beberapa Negara yang menerapkan kelas berdasarkan gaya belajar yang sama tapi di Indonesia belum.” Sinta menawab pertanyaan Lisa. “Iya kalau dijadikan satu kelas dengan type belajar yang sama pasti enak ya. Guru dapat dengan mudah untuk menerangkan. Sebentar lagi udah mau ujian akhir semester 1 ya harus siap-siap belajar. Ya udah yuk masuk kelas udah jam segini sebentar lagi masuk kelas.”
“Tika bagaimana tadi kamu sekolah, apakah kamu merasa senang hari ini” Tanya Eko kepada adiknya yang telah tiba di rumah sekitar 30 menit yang lalu.  “Senang bagaimana kak? Dikasih PR matematika banyak, minggu depan di hari yang sama ada ulangan kimia. Rasanya penat aku kak. Oh ya ini kakak tumben tanyanya tika senang atau tidak waktu di sekolah.” Tika menjawab dengan wajah kesal. “Jadi menurut kakak yang penting itu bagaimana kamu dapat bahagia dengan appa yang kamu jalani saat ini.” Jawab kakaknya. “Beda sama ibu sama bapak ibu setiap hari tanya nilai terus” Tika berpendapat.  “Bapak sama ibu kan sayang kamu sudah berpikirlah positive. Besok kan sabtu kan libur bisa tuh dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas.” Eko berkata bijak. “Besok itu tetap masuk kak untuk les mata pelajaran UN dari pukul tujuh sampai pukul dua.” Kata Tika. Tika sudah kelas dua belas SMA. Di Sekolahnya mewajibkan muridnya untuk mengikuti les mata pelajaran yang masuk Ujian Nasional. “Setelah pulang les baru mengerjakan tugas. Dijalanin dek jangan mengeluh terus. Semangat dong.” Eko menyemangati Tika. Tika hanya membalas dengan senyuman.Setelah itu Eko kembali ke kamarnya sendiri untuk
“Eko antarkan adekmu les ke sekolah ya.” Perintah Ibunya. “Terimakasih ya kak sudah mengantar saya. Nanti tolong jemput aku jam 2 ya kak.” Tika meminta tolong. “Okay deh. Kakak duluan ya Tik” Eko langsung memutar balik motor matiknya. “Hay Lisa. Maaf ya hari ini aku nggak boncengin kamu, jadi kamu harus jalan kaki ke sekolah.” Tika menyapa kawannya yang baru tiba dari arah yang sama. ”Gakpapa Tika. Aku tetap senang, lagi pula aku pernah menempuh jarak yang lebih jauh dari ini.” Jawab Lisa. Lisa adalah sahabat Tika. Lisa memang tidak seberuntung Tika yang dibesarkan di keluarga kaya. Lisa seorang anak petani. Dia tidak memiliki kendaraan ke sekolah jadi setiap hari dia dijemput Tika pergi ke sekolah dan Tika juga mengantarkan Lisa kembali ke rumah selepas sekolah. “Itu Sinta.” Kata Lisa kembali. Sinta adalah siswa yang selalu mendapat peringkat satu di kelas, dia juga merupakan anak dari keluarga berada. “Selamat pagi Tika Lisa. Tika, Lisa kita kok pagi banget ya berangkatnya.” Sinta menyapa kawa-kawannya dengan muka berseri-seri. “Selamat pagi juga Sinta.” Jawab Tika dan Lisa. Mereka kemudian berjalan menuju kelas.
Mereka kemudian berjalan menuju kelas sambil berbicang-bincang. “Oh ya besok senin katanya Bu Niken mau masuk kelas untuk membagikan angket jurusan yang dipilih saat SNMPTN.”Sinta memberikan informasi kepada kawan-kawannya. Tika dan Lisa diam. Tika tampak tidak tertarik. SNMPTN memiliki kepanjangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Seleksi ini menggunakan nilai rapor dan nilai UN. “Aku gak mau kuliah. Udah capai mikir. Di SMA saja tigabelas mata pelajaran bagaimana nanti kuliah. Kakak ku kuliah biayanya mahal kena UKT golongan 5 dari 7 golongan. Nanti belum ditambah aku.” Kata Tika. “Bapak kamu kan kaya tik. Jangan khawatir soal dana. Kata kakak ku mata kuliah per semester itu tidak sebanyak di SMA” kata Sinta berkonfrontasi. “Bener kata Sinta kamu kuliah saja tik. Bapak kamu orang kaya. Kalau aku bisa SMA ini aja udah seneng, untung saja aku dapat Kartu Indonesia Pintar.” Kata Lisa dengan sedih.Kartu Indonesia Pintar (KIP) diberikan sebagai penanda dan digunakan untuk menjamin serta memastikan seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun) dari keluarga pemegang KKS untuk mendapatkan manfaat Program Indonesia Pintar bila terdaftar di Sekolah, Madrasah, Pondok Pesantren, Kelompok Belajar (Kejar Paket A/B/C) atau Lembaga Pelatihan maupun Kursus. KIP juga mencakup anak usia sekolah yang tidak berada di sekolah seperti Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti anak-anak di Panti Asuhan/Sosial, anak jalanan, dan pekerja anak dan difabel. KIP juga berlaku di Pondok Pesantren, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus dan Pelatihan yang ditentukan oleh Pemerintah. Udah ah males bahas bahas kuliah. Sudah ayo masuk kelas aja.” Mereka kemudian bergegas ke kelas dengan langkah sedang.
Pukul dua lebih sepuluh menit Eko tiba di sekolah dan menjemput Tika. Dalam perjalanan mereka berbincang-bincang. “Kak memang kalau kuliah mata peajarannya sedikit ya?” Tanya Tika yang penasaran dengan perkataan Sinta tadi pagi. “Iya tergantung kita mau ambil beban pembelajaran berapa Tik” Jawab Eko singkat. “Enak ya jadi kita bisa memilih apa saja yang kita ambil sesuai kemampuan kita.” Tika menanggapi jawaban kakaknya. “Besok kan kamu libur. Ayo jalan-jalan ke pantai Marina, sekalian ajak teman-teman mu yang cewek ya.” Ajak Eko pada Tika. “Maunya kakak.” Tika menjawab sambil tersenyum. Di Semarang terdapat beberapa lokasi wisata salah satunya yaitu pantai Marina. Pantai Marina berlokasi di Jalan Yos Sudarso, kurang lebih 4 km dari Tugu Muda dan bersebelahan dengan Puri Mareokoco.
“Bu besok aku sama kak eko mau jalan-jalan bu ke pantai marina sama sinta juga.” Tika meminta ijin kepada ibunya. “Iya, Lisa gak diajakin?” Tanya ibunya. “Katanya Lisa harus bantu orang tuanya di rumah bu.” Jawab Tika. “Bersyukur ya Tik, hari minggu masih bisa jalan jalan sementara anak lain harus membantu orang tuanya di rumah.” Ibunya menasehati dengan lembut. “Iya bu” jawab Tika singkat
Tika, Eko dan Sinta telah tiba di pantai Marina. Mereka kemudiian duduk sambil menikmati pantai yang indah. “Kak kenapa sih kita harus kuliah, menempuh pendidikan sepanjang itu dengan berbagai sistem pendidikan yang harus dijalani?’’ Tanya Tika. “Dek kenapa kita harus menempuh pendidika, karena mungkin tanpa pendidikan kita tidak bisa bermain hp, kamu tidak bisa up-load foto di Instagram, mungkin juga kita ke sini jalan kaki, mungkin juga penyakit-penyakit dalam tidak terdeteksi karena tidak ada alatnya, kita juga tidak bisa memakainya” Jawab Eko dengan contoh yang sederhana. “Menurutku pribadi aku merasa keberatan kan dengan sistem pendidikan yang ada. Mata pelajaran yang banyak, yang menuntut kita harus memiliki nilai yang baik di semua mata pelajaran padahal setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan ini juga menimbulkan masalah baru yaitu kebingungan dalam pengambilan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sekolah dari pagi hingga sore. Ini aku sudah kelas dua belas, kalau kelas sepuluh dan sebelas mereka lebih berat karena masih ada organisasi dan ekstrakurikuler. Ini juga berdampak pada kegiatan kita di masyarakat membuat kita tidak dapat bersosialisasi secara baik di masayarakat. Ada beberapa guru yang menjelaskan tidak sesuai dengan cara belajarku. Belum nanti sistem ranking yang membuat bebeberapa anak terdiskriminasi serta dianggap bodoh.” Tika mengungkapkan pendapatnya. “Kebijakan yang ada pasti ada kekurangan dan kelebihan. Tetapi sistem pendidikan yang dibuat itu ada alasannya. Mungkin saat ini sistem pendidikan yang ada seperti itu, tetapi ada beberapa sistem yang sudah mulai berubah diantaranya ranking sudah tidak ditulis di dalam raport. Pemerintah juga tidak menutup diri jika ada kritikan dan saran dari rakyat” jawab kakaknya. Setelah itu mereka kembali asyik menikmati pantai dengan menyusuri sepanjang bibir pantai Marina.
Seminggu lagi Tika akan melaksanakan Ujian Akhir Semester lima. Tika belajar dengan sungguh-sungguh terkadang dia juga belajar kelompok dengan Sinta dan Lisa. Ujian telah berlalu dan tibalah pengambilan rapor. Di dalam rapor memang tidak dituliskan juara, tetapi sepuluh besar peringkat teratas besar tetap dibacakan oleh wali kelasnya Bu Wida. Semester lalu tika mendapat juara 8. “Saya akan menyebutkan juara di kelas ini mulai dari juara satu hingga sepuluh. Juara satu yaitu Tony. Juara dua yaitu Sinta. Juara Tiga yaitu Lisa. Juara empat yaitu Anton. Juara Lima yaitu Rosa. Juara Enam yaitu Fika. Juara Tujuh yaitu Mutiara. Juara Delapan yaitu Yoga. Juara Sembilan yaitu Anis. Juara Sepuluh yaitu Tika.” Bu Wida telah menyebutkan jura dari satu hingga sepuluh. Setelah itu pembagian rapor ditutup. Semua orang tua dan wali pulang ke rumah begitu pula dengan Ayah Tika.
Tiba di rumah Pak Imron disambut istri dan anaknya. Pak Imron tampak kecewa. Kemudian Tika bertanya kepada ayahnya “Bagaimana pak rapor saya?” “Kamu ya Tik, gak mau belajar Ranking selalu anjlok. Apa yang Kamu pikirkan? Tari mu itu?” Tika memiliki hobi menari tetapi semenjak kelas duabelas dia sudah tidak menari lagi. “Maafin Tika pak, bu. Tika sudah berusaha dan belajar dengan serius.” Jawab Tika sambil menangis. “Tika ranking sepuluh buk, anjlok. Apa ini cara kamu agar bapak tidak menguliahkan kamu Tik?” Tanya Bapaknya sedikit membentak. Tika pergi ke kamar kemudian sambil menangis sesegukkan.
Eko pun mengejar Tika ke kamar. “Bapak itu sayang sama kamu, mungkin penyampaian bapak yang belum bisa kamu terima.” Kata Eko menenangkan Tika. Kenapa sih kak sistem pendidikan di Indonesia harus ada juara juara yang harus disebutkan?” Tanya Tika sambil menggebuk-gebuk bantalnya. “Itu untuk mengukur kemampuan kamu Tika.” Jawab kakanya lagi. “Tika memang tidak terlalu menonjol di bagian akademik kak tetapi Tika pintar menari.” Tika membela diri. “Kamu sabar dulu kamu belajar aja tunjukin ke bapak ibu bahwa kamu pasti bisa.” Kata Eko menyemangati Tika
            Sinta dan Lisa kebetulan bermain ke rumah Tika. “Selamat Siang Om Imron Tante Elsa.” Sapa Sinta kepada orang tua sahabatnya itu. “Iya selamat siang juga Sinta, Lisa.” Bu Elsa kembali menjawab sapaan kedua sahabat Tika itu yang sudah sering bermain ke rumah Tika. “Tika dimana Tante?” Tanya Lisa. “Tika di kamar nak, ke kamar saja ya.” Jawab Bu Elsa. “Baik bu” Jawab Sinta dan Lisa serempak. Sesampainya Sita dan Lisa di kamar Tika mereka melihat tika menangis. “Tika kenapa kamu menangis.” Tanya Sinta khawatir. “Ranking ku anjlok dari semester lalu. Aku tambah yakin buat gak kuliah.” Jawab Tika. Sinta menanggapi “Kamu bisa menganmbil kuliah sesuai dengan kemampuan kamu, tidak perlu menangis.” “Kamu beruntung Tika orang tua mu mampu menguliahkan mu. Sementara aku masih bingung harus bagaimana. Aku meminta kuliah pada orang tua ku. Tetapi orang tua ku tidak mampu. Mungkin selepas ini aku mau langsung kerja dan mengubur cita cita ku untuk menjadi seorang Sarjana Teknik.” Jawab Lisa sambil meneteskan air mata. Ternyata sedari tadi Pak Imron dan Bu Elsa mendengarkan dibalik pintu.
Timbullah suara dari arah luar “Nak, maaf kan bapak dan ibu yang terlalu mengaturmu. Itu semua karena bapak dan ibu sayang sama kamu. Bapak dan ibu pingin kamu menjadi orang yang terdidik. Kamu harus bersyukur bapak dan ibu diberikan rezeki yang banyak.” Kata Bu Elsa. Eko menimpali “sejak seminggu yang lalu kamu kan protes terkait sistem pendidikan di Indonesia, nha sebagai anak muda ayo memberi perubahan berikan solusi kepada pemerintah misalnya kamu bisa kuliah setelah itu kamu bisa bekerja di Dinas Pendidikan kamu bisa menyumbangkan ide ide terkait sistem pendidikan, sukur-syukur kamu jadi Menteri Pendidikan di Indonesia.” “Benar kata kakak mu Tik. Tidak usah kamu pikirkan yang negativ. Pikirkan yang positiv terkait pendidikan.” Kata Pak Imron. “Lisa tidak perlu takut untuk tidak bisa kuliah. Kamu kan juara tiga di sekolah, kamu jangan minder pemerintah sudah membuat program Beasiswa Bidikmisi untuk siswa yang kurang mampu, teman kakak ada yang menerima beasiswa tersebut, selain dia gratis kuliahnya dia juga mendapat uang saku setiap bulannya untuk memenuhi kehidupannya. Sudah ya kalian semua harus rajin belajar jadilah generasi penerus yang berguna bagi Bangsa. Nanti kalau kamu kuliah Tik meskipun tidak di seni tari, di kampus banyak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) semacam ekstrakurikuler dan kamu juga bisa mengembangkan hobi mu. Sekarang semuanya harus semangat ya.” Kata Eko memberikan informasi hingga Tika dan Lisa berhenti menangis. “Ok Tika akan rajin belajar tapi tika jangan dimarahi terus karena nilainya turun, bapak ibu dukung Tika ya” kata Tika sambil memeluk Ibunya. “Bapak pasti dukung kamu Tika” Kata Pak Imron sambil mengusap kepala Tika
Akhirnya ketiga orang yang bersahabat itu pun mendaftar SNMPTN dan ketiganya diterima di Perguruan Tinggi favorit di Indonesia. Lisa tetap di Semarang dia di terima di Teknik Geologi, Shinta diterima di jurusan Kedokteran di Kota Solo, dan Tika mengambil pendidikan Matematika di Semarang, Tika juga ikut UKM tari daerah di kampusnya. Tika juga sudah sering didelegasikan lomba tari daerah di tingkat Nasional dia juga mendapatkan juara diberbagai ajang yang diikutinya. Tika juga aktiv di BEM kampusnya dalam bidang social dan politik. Saat hari Pendidikan Nasional dia dan kawan-kawannya audiensi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah terkait sistem pendidikan di Indonesia.Tika juga sekarang meyadari seberapa penting pendidikan untuknya. Pendidikan membuka wawasannya. Seua orang bisa saja tidak terima dengan suatu kebijakan, tetapi kebijakan tidak akan berubah tanpa suatu tindakan. Pilihannya hanya dua yaitu menerima kebijakan atau merubahnya.











“Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.” (Ki Hajar Dewantara)

No comments:

Post a Comment